"Saya terima nikahnya Aqeela chaerunnisa dengan maskawin tersebut dibayar tunai."
***
Acha meneteskan air mata mendengar lantunan tersebut. Hari ini, ia sudah sah menjadi seorang istri. Sedih, bahagia bercampur aduk.
"Selamat ya, akhirnya temen gue yang satu ini nggak jomblo lagi. Dulunya nggak pernah pacaran atau Deket sama siapapun, eh tau-tau tiba-tiba langsung ngasih surat undangan," Ungkap Fiona sambil memeluk Acha. Ya, kini mereka sedang berada dikamar, Acha.
"Makasih ya, Fin."
"Udah, jangan nanggis dong! ilang nanti cantiknya!"
Acha tersenyum dan hendak menghapus airmatanya, namun seketika Fiona melarang.
"Jangan pakai tangan, pakai ini!"
Fiona langsung menghapus airmata Acha mengunakan spon.
"Biar gue bantu. Pasti bentar lagi Lo dijemput buat turun kebawah,"
Acha menampilkan senyum bahagianya.
"Gue nggak nyangka Lo bisa nikah sama guru sendiri. Idaman lagi, crush gue tuh dulu." Fiona terkekeh.
Acha hanya tersenyum, tapi ia sempat binggung, apakah dia pernah mengagumi Arzan juga? Tapi tidak heran sih, Fionakan memang tidak bisa melihat pria good looking. Taulah kalian...
"Acha sebenernya juga nggak nyangka, tap..."
Dua wanita muda itu langsung menoleh kearah pintu yang sudah berdiri Anita dan Abisha.
"Sayang, selamat ya, anak Umi sekarang udah jadi seorang Istri. Nanti jadi istri jangan bandel, jadi istri yang baik ya," Abisha memeluk anak kesayangannya.
"Makasih ya Umi, umi udah sabar selama ini jaga Acha dengan segala tingkah, Acha. Maaf, kalo selama Acha jadi anak belum bisa bahagiain Umi sama Abi."
Abisha mengeleng dan tersenyum menatap anaknya.
Acha beralih menatap, Anita.
"Tante Dateng?"
"Pasti dong sayang,"
Abisha dan Anita tiba-tiba saling pandang dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan.
"Ayo, kita turun."
Mereka langsung turun kebawah, jujur jantung Acha kini tengah berdebar dengan hebatnya.
Sampai dibawah, Acha berhenti seketika. Entahlah, tiba-tiba Acha merasakan tubuhnya lemas Sakin terkejutnya.
Keluarganya menunduk, mereka cukup paham apa yang Acha rasakan sekarang.
Acha menatap Abisha dengan tatapan meminta penjelasan. Matanya sudah memerah, menahan airmata yang akan luruh untuk kesekian kalinya.
"Umi, ini maksudnya apasih? Kak Arzan kemana? Kenapa cu...,"
"Maafin kita sayang," Potong Abisha, tiba-tiba ia menanggis. Ia tau, pasti Acha akan kecewa akan keputusan yang keluarganya ambil.
Kata-kata itu sudah cukup menjelaskan semuanya. Acha menatap seorang pria yang duduk ditempat yang seharusnya Arzan tempati. Elvan, ya... Dia orang yang kini sah menjadi suami, Acha. Apakah benar?
Acha menghapus airmatanya, dan mengedarkan pandangannya untuk mencari seseorang. Ia binggung, apa yang sebenarnya terjadi.
Kenapa bukan, Arzan?
Acha langsung meninggalkan tempat itu, dan berlari kekamarnya.
Semuanya merasa khawatir,
"Maafin saya Qeella,"Batin Elvan menunduk.
Daffin dan Abisha langsung menyusul Acha keatas. Namun, ketika hendak membuka kamar Acha, ternyata kamar tersebut dikunci.
"Bagaimana jika Acha macam-macam, Abi?" tutur Abisha khawatir.
"Umi tenang dulu! Abi yakin, Acha cuman butuh waktu buat nenangin diri. Ini bukan suatu perkara yang mudah bagi, Acha."
Pintu kamar terbuka dan menampakan Acha yang sudah berganti baju dengan make up yang juga sudah dibersihkan.
"Sayang,"
"Abi minta maaf Cha, Abi terpaksa ambil keputusan ini,"
"Abi tau, Acha bener-bener ngerasa diboongin. Abi sama umi Taukan, menikah bukan perkara main-main. Acha bener-bener kecewa sama kalian." Acha berjalan menuruni tangga dan diikuti kedua orang tuanya yang masih berusaha menjelaskan itu kepada, Acha.
Acha berhenti ditengah tangga.
"Tolong jangan ikutin, Acha! Acha butuh waktu sendiri."
Acha kembali turun dan tidak menghiraukan pihak keluarga yang masih menunggu dibawah.
Abisha yang ingin mencegah Acha seketika tangannya ditahan Dafin."Biarkan dia mencari ketenangan dulu, Umi!!"
***
"Aqeela, maafkan saya," Elvan mengejar Abisha hingga keluar gerbang rumahnya.
Acha tetap acuh, ia fokus menunggu taxi online yang ia pesan melalui ponselnya.
"Kamu mau kemana, Qil? Biar saya antar ya,"
"Tolong jangan ganggu, Acha," jawab Acha tampa melihat Elvan yang ada disampingnya.
Acha masuk kedalam taxi tampa memperdulikan Elvan yang berusaha melarangnya dan bersikeras untuk mengantarnya.
"Pak kealamat*****ya, pak!"
Elvan langsung mengikuti Acha mengunakan motor yang terparkir dihalaman rumahnya.
***
Tok...tok...tok.
Pintu terbuka menampakan wanita cantik dengan balutan hijabnya.
"Bunda,"
"Acha,"Kaget Arumi
Bukan apa, Arumi tau, jika Acha hari ini akan menikah.
"Bunda, kenapa kalian semua bohongin, Acha? Kenapa Kak Arzan nggak nepetin janjinya, Bunda?" Kini airmata Acha kembali mengalir.
Arumi membawa Acha kedalam pelukannya. Mereka tidak bermaksud membohongi, Acha. Tapi, keadaanlah yang membuat keluarga tidak terkecuali Arumi mengambil keputusan tersebut.
"Maafin kita, cha. Bunda, Ayah, Abi sama Umi kamu nggak bermaksud boongiin kamu. Kita terpaksa,"
"Tapi kenapa, Bun?"
Arumi hanya diam. Sesak di dadanya kembali Hadir setelah beberapa hari merasa tenang. Arumi mengusap air mata, Acha? Apakah dia harus memberitahu Acha sekarang?
"Kenapa nggak ada yang mau kasih tau, Acha? Kak Arzan kemana?"
"Bunda, Acha kesini cuman mau denger langsung dari mulut Kak Arzan. Kenapa Kak Arzan tega sama, Acha? Kenapa Kak Arzan nggak nepetin janjinya sama, Acha?"
"Acha, Arzan sudah meninggal."
Happy reading!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Aqeelan [END]✓
Teen FictionMerasa Bosan baca bagian awal itu biasa, coba baca minimal lima part, pasti ketagihan👍😁 Perjodohan dan keyakinan? Apa yang ada didalam pikiran kalian membaca tiga kata itu? __________________________________ "Jangan terlalu menanti sesuatu yang be...