Takdir kita udah digarisin sama Tuhan. Jangan ngelak terus.
Pertemuan KeduapuluhlimaJoy keluar dari lift dengan tergesa-gesa, lalu bergegas bersembunyi di balik tembok. Ia menunggu seseorang keluar dari lift berikutnya. Tapi, sekian lama menunggu yang ditunggu tidak juga muncul.
Ia berdecak kecewa, “Aduh, Tita kemana, sih? Dia nggak ngikutin gue nih?” tanyanya pada diri sendiri.
Joy bergerak gelisah, “Kalau Tita nggak ngikutin gimana? Gagal dong rencana gue. Ck.”
Ya. Joy sedang merencanakan sesuatu. Diam-diam dia bekerjasama dengan Ramon untuk membuat Erdit dan Tita bersatu.
“Gimana caranya?” tanya Ramon.
“Bikin Tita cemburu. Pura-puranya aku mesra-mesraan sama Erdit di depan Tita. Aku bakal pancing Tita nanti.”
“Caranya?”
“Pokoknya nanti lihat aja deh. Besok ajak Erdit datang ke kantor, ya, pas kamu jemput aku.”
“Terus gimana dong? Apa gue telepon Tita suruh ke bawah? Tapi, apa alesannya?” Joy bermonolog.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Joy tidak perlu repot-repot memikirkan cara menarik Tita menghampirinya karena cewek itu sudah datang sendiri. Dari tempatnya, Joy melihat Tita keluar dari lift. Dia langsung berjalan agak terburu-buru setelah memastikan Tita menyadari keberadaannya.
“Tita ngikutin lo nggak?” tanya Erdit saat Joy menghampirinya. Erdit sudah lebih dulu sampai di tempat janjian mereka. Taman belakang kantor yang Joy tahu sepi kalau malam.
“Untungnya iya. Gue udah was-was aja pas dia nggak ngikutin gue ke bawah. Gue tungguin di lobi nggak muncul-muncul,” kata Joy dengan napas setengah-setengah, “Eh, itu tuh orangnya. Sini lo madep gue. Agak deketan duduknya.” Joy menarik badan Erdit agar menghadapnya, “Kaku amat sih lo. Lo ‘kan biasa ngerayu cewek.”
“Kalau Tita cemburu gimana?” Khawatir Erdit membuat Joy geregetan.
“Ya emang itu tujuannya, goblo!” umpatnya.
“Ya kalau beneran cemburu. Kalau ilfeel lagi sama gue gimana?”
“Aduh, kebanyakan ngomong ya lo!”
“Gue harus gimana?”
“Gimana kek. Pegang tangan gue atau elus rambut gue atau apa kek gitu. Akting aja akting. Katanya aktor. Aktor pendatang baru ya lo, jadi masih amatir.”
Erdit mendelik, “Rese’ banget mulut lo dari tadi. Untung gue naksirnya sama Tita bukan sama lo. Kalau lo bukan ceweknya temen gue, udah gue tampar tuh mulut.”
“Aw! Ih, Erdit, sakit!” Tiba-tiba saja Joy memekik dengan nada manja.
Erdit jadi kaget. Perasaan dia nggak jadi memukul cewek itu. Baru angkat tangannya sedikit. Itu pun tidak mungkin juga benar-benar dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When She Meets The Bad Boy [COMPLETED]
RomanceMenjadi wanita yang diinginkan pria-pria seksi, punya karir bagus dengan menjadi editor di sebuah majalah, wajah cantik, tubuh seksi, ternyata tidak lantas membuat Titania Aufaa bahagia. Tita terpaksa menelan pil pahit dalam salah satu fase kehidupa...