Meet | 10

1.1K 160 35
                                    

Kadang menjadi keras kepala juga perlu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kadang menjadi keras kepala juga perlu. -Erdit Aulian-






Pertemuan Kesepuluh

Ok. Done.”

Seruan dari pengarah gaya membuat semua crew bersorak dan bertepuk tangan, tanda tugas mereka untuk photoshoot kali itu sudah selesai. Termasuk Erdit yang selama pemotretan berlangsung —bahkan sejak sebelumnya— mood-nya berantakan.

Akhirnya, setelah lima jam proses photoshoot yang melelahkan, Erdit bisa bernapas lega. Bukan hanya prosesnya yang membuat dia lelah, tapi juga persiapannya.

Tadi sebelum pemotretan berlangsung mood-nya masih baik-baik saja, tidak baik tidak juga buruk. Namun, begitu di lokasi, model yang menjadi rekannya terlambat datang sampai satu jam lamanya.

Belum lagi selama pemotretan, Erdit yang didapuk sebagai model utama harus bergaya melompat berkali-kali untuk mendapat hasil gambar seakan-akan dirinya terbang. Erdit semakin gondok ketika ternyata model-model lain malah hanya berpose berdiri diam seakan takjub melihatnya melayang.

 Erdit semakin gondok ketika ternyata model-model lain malah hanya berpose berdiri diam seakan takjub melihatnya melayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya memang dia yang jadi model utamanya. Tapi, kenapa dia yang lelah sendiri, ya?

Usai berganti pakaian, Erdit memutuskan langsung pulang. Badannya terasa remuk semua karena habis lompat-lompatan.

“Erdit!”

Baru saja Erdit hendak membuka pintu mobil bagian penumpang namun urung ketika ia mendengar seseorang memanggilnya. Seorang wanita menghampirinya. Erdit tahu dia siapa. Fashion editor perusahaan majalah yang baru saja mempekerjakan Erdit sebagai model. Tapi sepertinya besok-besok dia tidak mau lagi karena crew-crew mereka yang kurang profesional.

Oh ya, kalian jangan salah mengira siapa fashion editor yang barusan memanggil Erdit itu. Bukan. Dia bukan Tita. Kalau Tita, dihampiri begitu Erdit pasti langsung semangat.

“Dit, sorry ya yang tadi. Lo pasti kesel karena ngaret parah banget,” ujar wanita itu dengan wajah memelas merasa bersalah saat ia sudah di hadapan Erdit. “Sebagai permintaan maaf, mau nggak gue traktir minum?”

When She Meets The Bad Boy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang