Suatu saat kamu akan menemukan jalan kebahagiaanmu. Sama seperti hujan, sedih nggak akan datang terus-menerus.
***
Pertemuan Ketigapuluh delapan
“Tadi kamu bilang kamu terapi lagi?” tanya Ratna, Mama Erdit.
Kini mereka tengah melakukan makan malam. Tidak hanya berlima. Ada juga suami dari Shinta, Danar, yang baru pulang dari bekerja ikut bergabung. Berbeda dengan Shinta yang cerewet, Danar lebih kalem.
“Iya, Ma. Udah beberapa bulan ini aku ikut terapi intens. Makanya aku jadi jarang ke rumah karena fokus terapi,” terang Erdit.
“Kenapa tiba-tiba mau terapi lagi?”
Erdit diam sejenak lalu berdehem, “Sebelum mutusin buat terapi, sebenarnya aku sempet ketemu dia...papa. Sejak saat itu aku jadi sering kambuh lagi,” ujarnya pelan.
Ratna terkejut termasuk juga Shinta juga Danar yang sepertinya sudah tahu soal Erdit.
Shinta mengangkat alisnya saat ia melirik Tita yang tampak tenang, “Tita, kamu tau masalah Erdit?”
Tita menoleh dan menjawab tenang, “Tau kok, Mbak.”
“Mana mungkin Tita nggak tau. Justru Tita yang bikin aku mau terapi lagi. Dia juga yang ngenalin aku sama psikolog. Tita udah nolong aku berkali-kali.” Erdit tersenyum menatap Tita penuh cinta sambil memegang tangannya.
Ratna yang melihat itu jadi ikut senang. Dia bisa melihat putranya sangat bahagia, “Terima kasih ya, Tita.”
---------------
▪︎BAD BOY▪︎
---------------Makan malam dengan penuh obrolan yang hangat akhirnya selesai. Tita ikut membantu membereskan peralatan bekas makan mereka, meski Ratna dan Shinta melarangnya dia tetap membantu. Rupanya, meski keluarga berkecukupan mereka terbiasa melakukan semuanya sendiri. Dari kecil Ratna sudah membiasakan itu, kata Shinta. Pantas saja setiap berada di apartemennya Erdit membantunya membereskan rumah. Dia bahkan bisa masak.
“Ada untungnya juga Mama ngebiasain kita kerja sendiri. Waktu ditinggal papa dan hidup kita pas-pasan, aku sama Erdit jadi nggak manja. Waktu SMA aku sama Erdit bahkan buka usaha makanan kecil buat bantu Mama,” ungkap Shinta yang langsung membuat Tita sedih. Padahal, Shinta cerita itu dengan nada ringan, seperti bukan apa-apa untuknya.
“Sampai sekarang masih ada?”
Shinta yang tengah membereskan piring-piring sehabis dicuci Tita, menoleh sedikit, “Kamu tau Java Kebab?”
Sambil membilas piring terakhir, Tita mengangguk. Dia pernah dengar salah satu bisnis franchise kebab yang cabangnya ada dimana-mana itu.
“Itu usaha pertama yang aku sama Erdit jalanin.”
KAMU SEDANG MEMBACA
When She Meets The Bad Boy [COMPLETED]
RomanceMenjadi wanita yang diinginkan pria-pria seksi, punya karir bagus dengan menjadi editor di sebuah majalah, wajah cantik, tubuh seksi, ternyata tidak lantas membuat Titania Aufaa bahagia. Tita terpaksa menelan pil pahit dalam salah satu fase kehidupa...