Meet | 49

512 81 17
                                    

Aku sedih kita jadi kayak gini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sedih kita jadi kayak gini.





Pertemuan Keempatpuluh sembilan

“Ta, mau makan apa?” tanya Joy dari balik pintu ruangannya.

“Hah?” Mendengar pertanyaan Joy begitu membuka pintu ruangannya, membuat Tita refleks melirik jam tangannya, “Emangnya udah jam makan siang?”

“Emang belum, sih. Tapi gue sama Bembi mau pesen sekarang aja.”

“Pesen online? Nggak ke kantin?”

“Nggak, deh. Lagi males ngantin. Lo lagi mau makan apa?”

“Hm, apa, ya? Chicken katsu aja deh, yang spicy, ya. sama minumnya lychee tea.” Tita lalu membuka dompetnya dan mengeluarkan selembar uang seratus ribuan dan memberikannya pada Joy.

Tanpa diduga Joy menepisnya, “Nggak usah.”

“Lah?”

“Gue yang bayar.”

“Serius?” Tita menatap Joy terheran, “Dalam rangka apa, nih? Perasaan belum tanggal gajian. Ultah lo masih dua bulan lagi, kan? Jangan bilang lo abis dilamar sama Ramon?!”

“Ck, mana mungkin ayang gue begitu. Pernikahan buat kita masih jauh.”

“Cih, ayang,” cibir Tita, “Kawin mulu lo! Nikah sana!”

“Ngiri ya lo? Kasihan deh, yang lagi diem-dieman sama ayang. Makanya jangan berantem terus,” ejek Joy.

Tita hanya bisa mencibir. Dia sudah cerita pada Joy kenapa dia mendadak nggak mau ketemu Erdit sepulang dari Surabaya, yang ternyata Joy sudah dengar lebih dulu dari cowok itu. Jadilah Joy malah lebih membela Erdit ketimbang dirinya. Yang katanya Erdit nggak salah, yang salah itu Laura. Soal kehamilannya juga sudah masa lalu.

Tita juga tahu semua itu. Tapi kan, Joy nggak tahu kekhawatirannya. Joy tidak merasakan ada di posisi dia.

“Terus kenapa tiba-tiba traktir? Tumben amat.”

“Ya ampun, kayak gue nggak pernah traktir lo aja.”

“Emang nggak.”

“Sialan! Pernah, ya!”

Tita terbahak-bahak. Lumayan juga isengin Joy. Otot wajahnya bisa rileks sedikit.

“Udah pokoknya lo tinggal terima jadi. Nggak usah nanya-nanya. Bye!”

Joy lalu keluar ruangan dengan mengibaskan rambutnya, membuat Tita geleng-geleng kepala.

Tita merenggangkan tubuhnya yang pegal. Hari ini dia terus-terusan di depan laptop karena tidak ada pengecekan yang mengharuskan dia keluar ruangan maupun keluar kantor. Berhubung sebentar lagi jam makan siang dan dia juga masih harus menunggu makanan yang dipesan Joy datang, dia memutuskan ke toilet dulu, sekalian merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku ini.

When She Meets The Bad Boy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang