Meet | 46

542 80 7
                                    

Apa pernah Anda mendidik saya dengan benar sebagai seorang ayah?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa pernah Anda mendidik saya dengan benar sebagai seorang ayah?




Pertemuan Keempatpuluh enam

Dalam kehidupan Erdit, dia senang semua hal terencana. Terlebih untuk urusan pekerjaannya, di bidang entertainment maupun bidang bisnis. Sebab jika hal-hal itu tidak terencana tatanan kehidupannya akan berantakan.

Berbeda untuk urusan pribadi. Terutama soal Tita yang kehadirannya tidak pernah ia rencanakan, kecuali ketika ia memutuskan mendekati gadis itu pertama kali. Meski secara harfiah dia mencari keberadaan Tita sebagai teman masa kecilnya, pertemuan mereka pertama kali ketika mereka dewasa tidak pernah direncanakan sebelumnya. Pun ketika mereka sudah memutuskan berhubungan. Hubungan mereka berjalan seperti air mengalir. Mengikuti arus.

Semuanya berjalan lancar. Tidak ada bebatuan kecil yang mereka lewati. Sampai ketika kehadiran Laura menghancurkan segalanya.

Erdit terpaksa harus mengurungkan niat untuk menyusul Tita ke Jakarta. Dia dipaksa harus bersabar dan menunda niatnya itu guna ‘mengurus’ Laura yang menurut laporan Deka mengamuk di hotel.

Berdiri lemah di dalam lift, Erdit mengurut kepalanya yang terasa nyeri. Ia menghembuskan napasnya yang terasa berat. Dia hanya ingin hidupnya berjalan normal tanpa perlu bumbu-bumbu drama. Sudah bagus beberapa bulan belakangan ini hidupnya terasa tenang dan bahagia bersama Tita. Kenapa ada saja hal yang mengusiknya?

Ah, dia jadi rindu Tita-nya. Hidupnya terasa normal saat Tita ada di sampingnya.

Laju lift berhenti membuat pintunya terbuka menampakkan lorong salah satu lantai di bangunan hotel miliknya ini. Sudah ada Deka di sana yang memang sengaja menunggunya. Deka mengarahkannya pada salah satu ruangan kamar tempat Laura 'diungsikan' sementara. Dengan malas, Erdit mengikutinya.

Di depan salah satu pintu kamar, ada beberapa penjaga yang Erdit tahu adalah orang suruhan ayahnya. Mereka yang mengenal siapa Erdit seketika membungkuk sopan.

“Kenapa ngurusin begini aja nggak becus?” ujar Erdit dingin.

“Maaf, Tuan Muda. Nona Laura sulit ditangani. Kami takut menimbulkan kecurigaan media kalau kami memaksa,” ujar salah satunya seraya menunduk.

“Alasan! Payah mah payah aja!” ketus Erdit, “Mana bos kalian? Udah nggak peduli sama anak kesayangannya?”

“Tuan Besar sebentar lagi datang,” lapornya.

Erdit mendengus meremehkan.

Memasuki kamar, Erdit langsung mendengar teriakan yang menggema dari dalam kamar mandi.

“BUKA, BANGSAT! GUE MAU KETEMU ERDIT!”

Laura yang tantrum terus berteriak-teriak di dalam sana sambil menggedor-gedor pintu. Deka terpaksa menguncinya di dalam sana karena Laura sudah tidak terkendali.

When She Meets The Bad Boy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang