Meet | 19

940 132 12
                                    

Bersandarlah padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersandarlah padaku. Maka semua akan baik-baik saja.








Pertemuan Kesembilanbelas

Ramon merasa sangat pusing. Dia terus berusaha mendekati Joy tapi Joy terus menghindar. Dia ingin menjelaskan bahwa dia sudah putus dengan Suri. Mereka sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, sudah putus, selesai.

Ramon sepertinya sudah terlanjur suka deh, sama Joy. Meskipun awal mendekati cewek itu karena tertarik sama tubuhnya, tapi hampir dua bulan dekat dan intens komunikasi Ramon jadi tahu sifat Joy.

Cewek itu ceria banget, gampang banget bikin mood Ramon bagus. Sudah gitu Joy juga pintar. Orang pasti mikirnya Joy tuh cuma suka shopping atau ngegosip. Ramon bisa bilang itu semua salah! Joy bisa tuh, ngimbangin ocehan Ramon yang kadang suka random tiba-tiba ngomongin teori Karl Marx, kenapa pemerintah lebih suka impor, kenapa lebih banyak orang yang beli barang yang punya nama merk kebaratan-baratan daripada nama lokal, dan sebagainya.

Sumpah, Ramon suka banget kalau sudah ngobrol sama Joy. Jadinya begitu dicuekin begini dia kesal banget. Ramon kehilangan.

Ramon tahu sih, dia brengsek banget karena mendekati Joy saat dia masih berstatus pacar orang. Udah gitu nggak pernah jujur soal statusnya. Sialnya, malah kepergok sama Suri. Jadinya, Joy dibilang pelakor.

Dia juga ngerti Joy pasti merasa tersinggung banget. Makanya dia mau jelasin. Tapi Joy malah cuekin dia. Untung aja nomornya nggak sampai diblokir.

Pulang dari kantor manajemen menemani Erdit bertemu klien sekaligus curhat, Ramon tidak langsung pulang. Dia melipir dulu minum di bar. Tadinya, dia mau ikut Erdit yang katanya mau jemput Tita di kantornya sekalian siapa tahu saja dia ketemu Joy. Tapi, Erdit bilang Tita nggak mau dijemput dan langsung ke apartemen Erdit saja. Jadilah dia sendirian.

Beruntung banget ya si Erdit. Modus pakai penyakitnya bisa menarik perhatian Tita yang awalnya cuek banget sama dia. Nggak sih, bukan modus juga. Erdit beneran sakit. Tetap saja bagi Ramon keajaiban banget itu si Erdit tiba-tiba sekarang cewek incerannya dengan sukarela datang ke apartemennya tanpa harus dipaksa-paksa.

Nggak kayak dia nih yang harus berjuang. Bukan sekali ini saja sih. Dulu bahkan Erdit itu jadi saingannya. Tiap dia mau deketin cewek pasti cewek itu naksir sama Erdit. Pakai susuk apa sih si Erdit? Ya memang sih Erdit ganteng, tajir, populer. Tapi, dia juga nggak kalah keren. Udah gitu badan dia tinggi tegap, nggak kayak Erdit yang–mohon maaf–lebih pendek dari dia.

Sepertinya cuma Suri yang bisa sampai dia pacarin selama berteman sama Erdit. Ya meskipun ujung-ujungnya pahit juga sih. Bukan dikhianati sama Erdit malah sama mantannya cewek itu. Nasib.

Balik lagi ke Ramon yang sekarang nongkrong di dalam bar. Karena dia datang sendirian, Ramon memilih duduk di meja bar, meminta sebotol alkohol pada bartender lalu meminumnya rakus. Dia sedang asyik memikirkan bagaimana lagi dia mendekati Joy atau minimal meminta maaf padanya karena sudah berbohong, saat ia mendengar suara bartender yang tak segan bergumam di depannya.

When She Meets The Bad Boy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang