Harusnya kamu senang karena akhirnya aku menjauh, tapi sekarang kenapa malah kamu yang berusaha deketin aku?
-Erdit Aulian-Pertemuan Keenambelas
Erdit menghembuskan napasnya yang berat. Matanya yang menjadi sayu karena lelah dan banyak minum alkohol menatap tajam langit-langit kamarnya, tapi pikirannya berkelana jauh.
Penyakit yang menggerogotinya ternyata belum hilang sepenuhnya. Dia hanya menutupinya, menguburnya dalam-dalam tapi ternyata tidak pernah hilang sepenuhnya. Luka itu bisa muncul kapan saja.
Yang membuatnya kesal, kenapa luka itu muncul saat dia sedang bersama orang lain yang seharusnya tidak tahu sisi buruknya itu.
Berkali-kali Tita menghubunginya, menanyakan keadaannya. Seharusnya Erdit senang. Ini ‘kan yang dia harapkan. Tita menanggapinya. Bahkan menghubunginya lebih dulu.
Dia tahu Tita tengah mencemaskannya. Bukannya Erdit gede rasa. Siapa yang tidak khawatir melihat seseorang kacau seperti dirinya kemarin. Kekacauan yang tidak bisa dianggap biasa.
Tidak hanya cemas, Tita bahkan bilang mau membantunya saat ia mendengar percakapan cewek itu dengan Ramon di telepon. Erdit tidak memungkiri dia merasakan ketenangan bersama Tita setelah kejadian itu yang membuatnya yakin Tita adalah orang yang sama yang memberikannya ketenangan dengan dekapannya yang dia temui tujuh belas tahun lalu.
Tapi, Erdit belum siap. Saat seseorang membuka topengnya. Saat seseorang mengetahui luka lamanya. Saat seseorang tahu masa lalu kelamnya.
Dia belum siap orang lain tahu lebih dalam tentang dirinya, tentang penderitaannya, tentang penyakitnya. Meskipun orang itu Tita. Dia tidak mau dikasihani.
Memikirkannya membuat Erdit pusing. Apalagi belakangan ia susah tidur. Insomnianya kembali dan semakin parah. Erdit menegak. Dia ingin mengambil botol mirasnya di atas nakas, namun sialnya sudah habis. Sudah dua botol ia habiskan tapi ia tidak juga mengantuk. Dia memang menggunakan minuman haram itu agar bisa tidur. Dia tidak lagi mengandalkan seks bebas karena tidak mau. Untuk menggerakkan badannya ke luar apartemen saja rasanya sulit.
Erdit berdecak. Alkohol dalam dua botolnya sudah habis. Lalu, Erdit harus apa agar bisa tidur? Sungguh dia ingin mengistirahatkan dirinya.
Erdit memikirkan satu cara yang sudah lama tidak ia lakukan. Benda itu. Erdit memilikinya namun sudah lama tidak ia konsumsi. Sedikit mengingat-ingat dimana dia meletakkan benda itu.
Dia buka laci nakasnya satu-persatu dan tidak butuh waktu lama dia mendapatkannya. Benda itu ada di laci paling bawah. Erdit mengambilnya. Obat tidur. Masih ada beberapa butir. Dia memutuskan untuk meminumnya saja.
Saat ia melirik gelasnya Erdit mengumpat. Tidak ada air minum sama sekali di kamarnya. Mau tidak mau dia harus berjalan ke dapur.
Erdit bangun perlahan. Dengan tertatih dan merintih dia berjalan perlahan. Kepalanya terasa berat. Bahkan dia harus berpegangan pada tembok kalau tidak mau terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
When She Meets The Bad Boy [COMPLETED]
RomanceMenjadi wanita yang diinginkan pria-pria seksi, punya karir bagus dengan menjadi editor di sebuah majalah, wajah cantik, tubuh seksi, ternyata tidak lantas membuat Titania Aufaa bahagia. Tita terpaksa menelan pil pahit dalam salah satu fase kehidupa...