Seberapa banyak lagi rahasia yang kamu tutupi dari aku?
Pertemuan Keempatpuluh empat
Usai mengantar Tita ke rumahnya, hanya berganti pakaian sebentar dan menumpang makan siang, itu pun karena Mbok Darmi yang memaksa, Erdit langsung kembali ke rumah sakit. Meski sudah ada Shinta dan Danar yang menunggui Erdit tetap mau stay di samping ibunya, orang tua satu-satunya yang—benar-benar—dia punya saat ini.
Awalnya, dari rumah, Erdit mengendarai mobilnya dengan santai. Namun, ketika di jalan Danar menelepon—Shinta masih marah padanya—dan mengabari bahwa Ratna sudah siuman, Erdit langsung memacu kendaraannya cepat. Syukurnya, keadaan Ratna sudah stabil, begitu kata dokter yang menangani.
Dan sekarang, di sore hari Ratna tengah berbaring tenang dengan Shinta di dekatnya yang tengah menyuapinya buah. Sementara, Erdit duduk diam menatap televisi yang tidak benar-benar ia perhatikan di samping Danar yang sibuk dengan tabletnya, mungkin mengurusi pekerjaan atau apa. Erdit bahkan tidak sempat mengurusi urusan perusahaannya. Dia menyerahkan pada Deka yang untungnya bisa dia percayai sepenuhnya.
Otaknya penuh dengan urusan pribadi. Belum lagi memikirkan bagaimana caranya dia berbicara pada Tita untuk menjelaskan semuanya, bagaimana caranya agar Tita mau mendengarkannya tanpa ada celah gadisnya itu untuk menghindar.
Erdit masih bisa beruntung Tita tidak lantas memutuskan hubungan mereka begitu saja lantaran emosi perempuan itu. Namun, didiamkan oleh Tita sangat menyiksa juga.
Erdit menghembuskan napas panjang. Kenapa sih gadisnya itu mempunyai kebiasaan mendiamkan jika sedang emosi?
Ruangan president suite yang ditempati Ratna sebagai ruang rawatnya memang terbilang besar, tapi bukan berarti Ratna tidak memperhatikan raut pilu Erdit yang sedari tadi terus melamun. Wajah anak lelakinya itu terlihat kuyu, tak bersemangat.
Ratna amat terkejut mendengar penuturan Laura dan kecewa pada Erdit di waktu bersamaan. Tidak menyangka lebih tepatnya. Namun, sebagai seorang ibu yang mengenal anaknya sejak kecil, Ratna tahu Erdit pun tidak baik-baik saja. Untuk itu, dia ingin sekali mendengar penjelasan dari mulutnya langsung, apa yang dia rasakan, dan kenapa dia berbuat seperti itu.
“Mama mau ngomong sama Erdit.” Ratna menghentikan gerakan Shinta yang ingin menyodorkan garpu berisi potongan kecil buah apel, suapan yang kesekian.
Shinta termangu. Dia tahu apa yang ingin dibicarakan ibunya dengan adiknya itu, “Mama baru aja siuman. Jangan banyak pikiran dulu, ya.” Dia takut Ratna akan terbawa emosi dan itu akan berakibat pada kondisi jantungnya.
“Mama nggak apa-apa, Shinta. Mama cuma mau ngomong sama adik kamu.”
Di tempatnya, Erdit mendengar dan membuatnya menoleh.
“Tapi, Ma...” Ucapan Shinta dipotong Ratna hingga ia tidak sempat membantah.
“Danar, tolong ajak istri kamu jalan-jalan dulu, ya.” Bicara Ratna menatap Danar yang langsung beranjak dari duduknya dan mendekat, “Kasihan dia pasti capek nungguin Mama lagi hamil besar begitu. Biar istirahat juga.”
KAMU SEDANG MEMBACA
When She Meets The Bad Boy [COMPLETED]
RomansaMenjadi wanita yang diinginkan pria-pria seksi, punya karir bagus dengan menjadi editor di sebuah majalah, wajah cantik, tubuh seksi, ternyata tidak lantas membuat Titania Aufaa bahagia. Tita terpaksa menelan pil pahit dalam salah satu fase kehidupa...