Meet | 17

999 145 21
                                    

Aku ingin kamu disini, menemani dan memelukku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku ingin kamu disini, menemani dan memelukku. Tapi bukan untuk dikasihani. -Erdit Aulian-





Pertemuan Ketujuhbelas

Kalau ada sifat dari orang tuanya yang bisa Tita syukuri adalah sifat kekeras kepalaannya. Sifat ini yang membuat dirinya bertahan hidup sampai detik ini. Bahkan sampai dia bisa menduduki posisi tinggi dalam karirnya.

Tita penuh tekad. Jika dia sudah mempunyai kemauan, dia akan mewujudkannya. Dia nggak akan menyerah begitu saja dengan pendiriannya.

Sama halnya dengan tekadnya untuk membantu Erdit. Tita tidak mendengarkan Erdit untuk tidak menemuinya lagi. Dia tetap menemui Erdit dengan datang ke apartemen lelaki itu. Tiba-tiba saja dia muncul di depan pintu apartemen Erdit pagi-pagi membuat Erdit terkejut.

“Ngapain lo ke sini lagi?” tanya Erdit. Bukan dengan nada ketus, tapi lebih menunjukkan rasa herannya.

Bukannya menjawab, tanpa dipersilakan Tita nyelonong masuk langsung menuju dapur. Erdit mengekorinya di belakang, melongo dengan bawaan yang Tita keluarkan dari paper bag yang dibawanya—berisi beberapa kotak makan yang Erdit yakin berisi berbagai makanan.

“Gue cuma sebentar bawain sarapan. Gue ada meeting nanti,” jawab Tita tanpa menoleh, masih sibuk mengeluarkan bawaannya. Membuka kotak-kotak itu, menyajikan sebagian di piring dan beberapa lagi ditaruh di dalam kulkas.

Melihat sikap Tita itu membuat hati Erdit menghangat. Tapi, dia tidak mau menunjukkannya.

“Kalau gitu lo nggak perlu ke sini. Gue nggak minta lo bikinin sarapan,” cuek Erdit.

“Gue nggak bikinin lo sarapan, nggak usah geer. Tadi gue masak buat gue sendiri tapi ternyata kebanyakan. Karena gue tau kalian pasti kelaperan jadi gue bawa aja kesini. Itung-itung sedekah.”

“Cih. Kebanyakan, ya?” cemooh Erdit, tahu kalau Tita hanya beralasan. “Alesan! Kantor lo sama apartemen gue arahnya berlawanan. Lo nggak mungkin nggak sengaja ke sini dulu padahal katanya ada meeting.”

Tita berbalik. Sudah selesai melakukan pekerjaannya, “Hah! Lagi-lagi lo geer. Gue meeting deket sini kok. Jadi ya, sekalian lewat. Nih, jangan lupa dimakan. Gue pergi dulu.”

Sama dengan kedatangannya yang tanpa permisi, Tita juga pergi tanpa permisi. Seperti bukan tamu.

“Cewek aneh.” Erdit mendesah keras, “Nggak ketebak banget sih lo, Ta.”


Malamnya, Tita datang lagi. Lagi-lagi membawa makanan.

Erdit tak hentinya terperangah dengan kelakuan Tita yang berubah dalam semalam. Siapa sangka dia akan didatangi Tita di apartemennya dengan membawa makanan yang tidak sedikit. Apalagi Tita juga menyetok beberapa di dalam kulkas.

Seorang Titania, yang di awal pertemuan begitu jutek bahkan jijik padanya.

“Sekarang apa lagi? Lo mau sedekah makanan lagi?” sindir Erdit.

When She Meets The Bad Boy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang