Mana ada gue deketin cewek. Yang ada cewek yang berebut perhatian gue. -Erdit Aulian-
Pertemuan Kedua
“Enggrrhh...”
Erangan keras terdengar dari salah satu ruangan di sebuah hotel. Seorang pria terbangun dari tidurnya. Bias cahaya yang menyilaukan yang menembus kaca jendela membuat matanya yang masih setengah terpejam mengernyit. Ia terduduk lalu merenggangkan badan serta leher.
Saat itu, matanya menangkap badan seseorang yang memunggunginya, seorang wanita, tidur di sampingnya tanpa busana.
Seakan sudah biasa dengan pemandangan itu, ia mengalihkan pandangan dengan tak acuh. Ia lalu mengambil ponselnya yang terletak di dalam kantung celananya yang ia buang sembarangan semalam.
“Halo...”
“Jemput gue di Hotel Syailendra. Sekarang!”
Tanpa menunggu balasan si penerima telepon yang sedang menggerutu sekarang, ia memutuskan sambungan sepihak.
Ia mencoba bangkit dan berakhir dengan perasaan pusing di kepala yang amat sangat.
“Argh. Shit!”
Seperti kebiasaannya, semalam setelah pergi ke klub dia mabuk. Dan sudah bisa ditebak sendiri akhirnya sampai ia berakhir di ranjang hotel bersama seorang wanita yang ia jadikan rekan satu malam-nya.
Setelah selesai dengan aktivitasnya di kamar mandi, dan sudah rapi dengan pakaiannya, ia langsung keluar dari kamar, tak mengacuhkan wanita yang ia tidak tahu siapa yang masih tertidur. Biar saja. Seorang Erdit Aulian—pria itu—tidak pernah peduli dengan siapapun partner-nya di ranjang. Setelah menghabiskan malam bersama dia pasti langsung pergi.
Erdit—begitu dia biasa disapa—bukan seorang hypersex. Erdit tidak pernah mau tahu siapa partner-nya. Dia bukan mau mencari hubugan kencan. Dia hanya ingin mengambil keuntungan dari hubungan itu. Keuntungan yang bisa menolong hidupnya.
Alkohol dan seks adalah dua hal yang sudah menjadi bagian dalam hidupnya. Erdit penderita insomnia akut. Dan dua hal itu adalah caranya jika ia butuh tidur. Karena ketika mabuk dan lelah setelah seks, dia pasti akan mengantuk. Terdengar aneh memang. Tapi begitulah yang dialami Erdit.
Keluar dari lift yang membawanya ke lantai dasar, Erdit yang saat itu memakai kemeja putih yang lengannya ia gulung sampai batas siku dengan dua kancing bagian atas yang ia biarkan terbuka, berjalan ke bagian luar lobi hotel untuk menaiki mobil yang dikendarai sang asisten yang sebelumnya ia hubungi. Ia berjalan bak model sembari menyisir rambutnya ke belakang, membuat beberapa pengunjung kaum hawa yang ada di lobi meliriknya.
Ketampanan Erdit memang tidak bisa diragukan lagi. Dengan mata yang agak sipit namun tajam, hidung bangir, serta bibir tebal yang seksi adalah perpaduan sempurna menyatu dalam dirinya. Wajahnya bak pahatan sempurna seperti prince charming dari negeri dongeng yang berwujud nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
When She Meets The Bad Boy [COMPLETED]
RomanceMenjadi wanita yang diinginkan pria-pria seksi, punya karir bagus dengan menjadi editor di sebuah majalah, wajah cantik, tubuh seksi, ternyata tidak lantas membuat Titania Aufaa bahagia. Tita terpaksa menelan pil pahit dalam salah satu fase kehidupa...