Meet | 21

943 111 20
                                    

Kehadiranmu sudah terlanjur menimbulkan rasa yang sulit untuk kuhilangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kehadiranmu sudah terlanjur menimbulkan rasa yang sulit untuk kuhilangkan.





Pertemuan Keduapuluhsatu

Erdit merasa kecewa dengan penolakan Tita. Terlebih pada kalimat terakhir cewek itu. Dia memintanya melupakan ciuman itu. Apalagi dia juga meminta agar mereka tidak bertemu lagi.

Tidak hanya kecewa, Erdit juga marah. Semudah itu Tita mencampakkannya. Dua kali sudah dia ditolak Tita.

Baiklah, kalau memang itu yang Tita mau. Dia akan menjauhinya.

“Mon, telepon produser yang kemarin. Bilang gue terima tawaran filmnya,” ucap Erdit suatu sore ketika tengah menatap kosong televisinya yang menyala.

Ramon yang mendengar penuturan Erdit yang tiba-tiba jadi menoleh kaget pada cowok itu, “Eh, serius?”

Erdit mengangguk, “Berapa lama kira-kira syutingnya?”

“Nggak lama sih, Dit. Palingan kurang dari dua bulan.”

“Dimana?”

“Syutingnya? Kemarin mereka bilang di Lombok.”

“Oke. Kalau gitu lebih dari dua bulan juga nggak apa-apa.”

“Fix nih, ya. Gue telepon produsernya langsung.”

“Iya.”

Mata Erdit mengikuti pergerakan Ramon yang menjauh untuk menghubungi produser yang menawarkannya membintangi sebuah film. Bukan film action yang sebelumnya ditawarkan padanya. Kali ini film drama romantis.

Erdit menerima tawaran itu bukan hanya karena genrenya yang membuatnya tidak harus berhadapan dengan rasa takutnya—Erdit belum merasa pulih benar. Dia memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari kesibukan di tengah kegalauan hatinya. Apalagi rencananya mereka akan melakukan pengambilan gambar di Lombok. Lumayan Erdit bisa sekalian liburan. Meski dia belum tahu siapa nanti yang akan jadi lawan mainnya. Siapapun itu dia akan menerima. Dia cuma butuh distraksi agar otaknya tidak memikirkan Tita terus.

Sudah seminggu semenjak dia menyatakan perasaannya pada Tita, Erdit berusaha menjauh sesuai permintaan Tita. Tapi, dia masih juga teringat cewek itu.

Dua hari kemudian Erdit melakukan pertemuan dengan pihak produser film. Meski sampai detik ini Erdit belum tahu siapa lawan mainnya tapi karena dia suka dengan jalan ceritanya dan tentu nominal bayarannya juga karena tujuannya untuk melupakan Tita, Erdit melakukan tanda tangan kontrak.

Sebenarnya dia penasaran siapa lawan mainnya. Apakah dia pernah bekerja dengan orang itu? Apakah mereka nanti akan bisa bekerjasama dengan baik mengingat akan ada banyak adegan mesra di film itu nantinya? Apakah dia secantik Tita?

Ah, Tita lagi.

Untungnya, untuk menjawab rasa penasaran Erdit satu minggu kemudian para pemain dan staf akan bertemu sekaligus melakukan pembacaan naskah.

When She Meets The Bad Boy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang