Meet | 48

554 78 11
                                    

Maaf, bila ternyata tak semudah itu untuk memperbaiki semuanya, untuk kembali menjadi 'kita'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf, bila ternyata tak semudah itu untuk memperbaiki semuanya, untuk kembali menjadi 'kita'.






Pertemuan Keempatpuluh delapan

“Jadi, untuk tema selanjutnya kita angkat tema apa, Joy?” Buka Tita pada meeting pagi itu.

Baru pulang dari luar kota Tita langsung dihadapkan pada pekerjaannya mengurus rancangan mode untuk majalah edisi berikutnya. Sebenarnya dia lelah. Tapi, mau bagaimana lagi. Dia harus mengerjakan ini kalau tidak mau dipecat. Dia tidak bisa mangkir kalau tidak mau kehilangan sumber cuan-nya satu-satunya. Memangnya Erdit yang ongkang-ongkang kaki saja saldo di rekening ‘gemuk’ dengan sendirinya saking banyaknya perusahaannya. Menjadi artis pun sehari bisa puluhan juta.

Tita mengerjap. Kenapa jadi Erdit?

“Karena sekarang di negara empat musim lagi musim semi, gue mau ambil tema fashion spring, tapi yang casual.” Suara Joy kembali membuat Tita fokus, “Jadi, nanti model kita pakaiin coat, tapi dalemnya pakai celana wide leg pants yang high waist. Make up-nya udah gue diskusiin sama Bembi dan sepakat pakai tema nude.”

Bembi mengangguk membenarkan.

Tita mengernyit kurang suka, “Pakai coat? Nggak disesuaiin sama iklim Indonesia?”

“Menurut gue nggak apa-apa sih, Ta. Ini kan tentang fashion, bisa dipakai dimana aja.”

“Nggak. Gue nggak setuju. Menurut gue, kita tetep harus sesuaiin sama iklim negara kita. Lo inget kan, tujuan majalah kita apa? Kita mau kasih ide fashion yang cocok dipakai di sini.”

“Tapi kan negara kita juga ada musim hujan, Mbak. Nggak ada salahnya kalau kita kasih referensi pakai coat, biar lebih fashionable juga, kan?” saran Aini.

“Sekarang gue tanya,” Tita memajukan duduknya, menumpukan tangan di atas meja. Matanya menatap tepat ke arah Aini membuat gadis itu agak mengkerut. Belum lagi sapaan Tita yang berbeda dari biasanya, “Lo sering lihat di jalan-jalan Jakarta kalau lagi hujan orang lebih sering pakai apa? Di dalam kampus, kantor?”

“Jaket? Sweater?”

Exactly!” Tita menjentikkan jarinya.

“Tapi ya nggak apa-apa juga kali, Ta. Balik lagi ini tentang fashion, nggak melulu biasa-biasa aja,” sahut Joy.

Tita menyanggahnya cepat, “Gue mau majalah kita kasih referensi yang relate sama kebiasaan masyarakat sini. Terlihat fashionable meskipun tetep pakai basic style.”

“Gue setuju kita pakai tema spring. Tapi, ganti. Coat bisa diganti sama sweatshirt, atau leather jacket, sama celana palazzo, flared skirt atau A-line. Motifnya sesuaiin sama tema aja, bisa floral atau warna-warna pastel. Make up-nya juga tolong diganti. Gue mau on point di bagian mata terutama eye-shadow, tapi tetap warm.” jelas Tita panjang yang terkesan tidak bisa dibantah.

When She Meets The Bad Boy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang