Hai, Hati

650 75 1
                                    

"Nilai raport gue berapa, ya?" Gumam Jihan seraya berjalan kesana-kemari di ruang OSIS. Mereka sedang mempersiapkan konsumsi untuk wali murid.


"Udah deh, Han. Daripada lo mondar-mandir nggak jelas, lebih baik lo duduk aja, deh. Bantuin kita bungkus konsumsi sambil do'a kan bisa." Tutur Alesha.

"Bener juga si. Tapi gue panik, Al. Gue nggak mau ranking gue turun."

"Ya makanya, lo dengerin gue."

"Iya-iya." Pasrah Jihan. "Btw, lo kok tenang-tenang aja si, emang lo nggak panik?" Tanyanya.

"Ya panik lah! Bedanya, gue nggak lebay kayak lo." Ejeknya.

"Al, dengerin gue, ya. Gue itu ngga lebay, gue cuman mengekspresikan perasaan gue." Balas Jihan tidak terima.

"Sama aja." Sarkas Alesha.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh. Pengumuman kepada seluruh wali murid siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri Assalam, dimohon untuk segera berkumpul di ruang Aula. Karena acara akan dilaksanakan 10 menit lagi, terima kasih.

Suara pengumuman itu terdengar jelas di telinga. Seluruh wali murid siswa-siswi MAN Assalam segera berkumpul di ruang Aula.

Di sisi lain, Alesha melihat Raisa keluar ruang OSIS dengan wajah murung, mata sembab, dan bibir yang pucat.

"Kemana dia?" Tanyanya bergumam.

"Al, liat apa?" Tanya Jihan yang bingung dengan tatapan Alesha.

"Raisa." Jawabnya singkat.

"Mana?"

"Keluar. Tapi-"

"Palingan juga ke toilet." Potong Jihan santai.

Alesha tidak terlalu kaget dengan hal itu. Pasalnya, sejak pertama kali Raisa pindah ke sini, wajahnya tidak pernah terlihat ceria. Alesha berpikir, bahwa Raisa adalah tipe orang yang suka menyendiri.

Namun, kali ini Raisa terlihat berbeda. Entah kenapa wajah judesnya itu terlihat lebih parah dengan hari-hari sebelumnya. Alesha merasa kepo dengan hal itu, ia pun memutuskan untuk mengikuti jejak Raisa.

"Han, gue keluar bentar ya, tolong kasih tau Wildan." Ujar Alesha pada Jihan.

"Mau ke mana?"

"Bentar doang kok, InSyaaAllah."

"Iya." Jawabnya ketus. Alesha pun berdiri dari duduknya lalu keluar mencari keberadaan Raisa.

•••

"Ini nggak adil! Kenapa harus gue?" Lirih gadis berkerudung putih yang sedang berjalan lemas di koridor sekolah.

"Kenapa disaat semua orang tua datang dengan cinta, orang tua gue malah nggak bisa." Lirihnya dengan nada yang sedikit keras.

"Gue capek! Sampai kapan? Gue harap gue bahagia, meski harus di ujung waktu." Setetes air mata lolos di pipinya.

Bruk!

Tubuh Raisa terjatuh di atas lantai. Tidak ada seorang pun yang mengetahui hal itu. Pasalnya, koridor gudang adalah koridor yang jaraknya lumayan jauh dari kelas-kelas dan ruangan ramai.

Di sisi lain, Alesha melihat kesana-kemari untuk mencari keberadaan Raisa. Tak lama kemudian, ia pun melintasi koridor menuju gudang dan melihat gadis seusianya tergeletak di atas lantai.

SENJA UNTUK ALESHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang