Sudah hampir sepekan Alesha dan Abban berada di London. Keadaan David juga semakin membaik, namun ia masih menggunakan kursi roda untuk menjalankan aktivitas hariannya.
Kini, David beserta anak dan menantunya itu sedang berada di tepi danau. Mereka memutuskan untuk mencuci mata dan melihat kebesaran Allah dengan menikmati keindahan alam Eropa.
"Assalamu'alaikum, bang." Ucap Alesha.
"Wa'alaikumussalaam, gimana keadaan kalian di sana? Baik kan?" Tanya Syawal dari telepon.
"Alhamdulillah, Abang juga baik-baik aja kan?"
"Alhamdulillah, Abang baik-baik aja."
"Mau ngomong sama papa nggak bang?"
"Boleh."
Alesha pun langsung memberikan handphone-nya pada sang papa.
"Assalamualaikum, pa. Papa sehat?"
"Wa'alaikumussalaam, Alhamdulillah. Papa mau ngucapin terima kasih ke kamu. Terima kasih udah bantuin papa, akhirnya papa dapat maaf dari adik kamu."
"Nggak perlu minta maaf, pa. Memang seharusnya begitu. Syawal juga yakin kalau Alesha masih sayang sama papa."
"Kamu masih mengabdi, nak?"
"Iya, pa. Syawal masih ngabdi, tapi Alhamdulillah Syawal juga udah punya usaha sendiri."
"Alhamdulillah kalo gitu."
"Ya udah, Syawal izin tutup telepon ya, pa. Banyak kerjaan yang harus Syawal kerjain."
"Iya."
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalaam."
Sambungan telepon itu pun terputus.
"Pa, papa mau ikut kami ke Indonesia?" Tanya Alesha.
"B-boleh?"
Alesha tersenyum. "Boleh, papa bisa tinggal di rumah kami."
"Di area pesantren?"
"Iya."
"Papa kurang enak sama kyai."
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA UNTUK ALESHA
Roman pour AdolescentsHai, namaku Alesha Zahrasyla. Sengaja ku tulis cerita ini untuk mengenang orang-orang berharga yang pernah ada di beberapa episode hidupku. Di episode pertama, kalian akan menemukan Jihan. Dia sahabatku. Dia humoris, humble, tapi terkadang karaktern...