Panjang Umur untuk Abang

525 55 0
                                    

"Al, ke kantin yuk!" Ajak Raisa yang melihat Alesha keluar dari musholla dari jarak yang tak jauh darinya.


Alesha mengangguk dan mengulas senyum. Keduanya pun berjalan menuju kantin lalu memesan makanan dan minuman.

Keduanya duduk di kursi sebelah taman dengan meja setinggi bahu. Sembari menunggu pesanan, mereka berbincang-bincang ringan.

"Al, makasih ya. Ternyata mama gue juga khawatir ke gue." Ucap Raisa.

"Sebenarnya, menurut gue sih mama lo itu nggak mau lo jadi kayak papa lo yang mainin dunia bisnis. Mama lo mau, kalo lo itu bener-bener bisa ngejalanin bisnis. Jadi, lo dituntut buat dapet nilai tinggi."

"Tapi, gue juga butuh istirahat, Al."

"Memang sih, caranya salah. Tapi cuma usaha dan do'a aja yang bisa lo lakuin. Yang sabar, ya."

Raisa mengangguk dan mengulas senyum. "Al, kak Birru siapa lo sih? Kok gue liat lo makin nempel aja sama dia."

"Dia abang gue, Rai."

"What? Abang tiri?"

"Abang kandung, Rai."

"Hah? Kok gue baru tau. Lo juga waktu kak Birru KKN kayak orang nggak kenal gitu. Eeeh, pas udah nggak KKN lo akrab banget."

"Ceritanya panjang, Rai."

"Yaudah deh, yang penting semuanya udah jelas."

"Iya."

Di selingan pembicaraan, pesanan pun sudah terpampang jelas di depan keduanya. Sementara Jihan datang dan duduk di bangku belakang Alesha yang tidak disadari oleh siapapun.

"Kak Birru, kelihatannya sayang banget sama lo, Al. Lo beruntung deh. Setelah kepergian kak Salma, Tuhan lo kirim kak Birru sebagai gantinya." Celoteh Raisa yang tanpa disadari terdengar oleh Jihan dan membuat hati Jihan semakin sakit.

"Iya, cuma Allah sama dia yang gue punya sekarang, Rai."

"Gue yakin kok, Al. Kak Birru akan jaga lo dengan sepenuh hati."

Karena tak sanggup lagi mendengar pembicaraan keduanya, Jihan memutuskan untuk pergi. Gerakannya sangat kasar sehingga membuat Raisa dan Alesha menoleh ke arahnya.

"Jihan!" Seru Alesha kontan.

Jihan hanya menoleh dan bergegas pergi dengan wajah kesal.

"Jihan kenapa, Al? Tanya Raisa terheran.

"Kira-kira, dia denger nggak apa yang barusan lo omongin?"

"M-mungkin."

Alesha memejamkan matanya frustasi. "Aduuuhhh!"

"Emangnya kenapa, Al? Ada yang salah?"

"Dia belum tau kalau gue adiknya kak Birru, Rai. Dan masalahnya, dia suka sama kak Birru."

"Ya ampun, sorry Al. Gue nggak ngerti."

"Iya, nggak papa."

"Kejar aja, Al!"

"Percuma, Rai. Dia nggak mau dengerin penjelasan gue. Udah berkali-kali gue coba, tapi tetep gagal."

"WhatsApp aja gimana?"

"Nomor gue diblokir."

"Wah, repot kalo kayak gini. Yaudah, nanti gue bantu lo buat ngomong sama Jihan."

Alesha mengangguk dan mengulas senyum serta berterima kasih kepada Raisa.

"Oh iya, Rai. Lo nggak capek pura-pura? Lagian, pihak sekolah kan udah tau."

SENJA UNTUK ALESHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang