SENJA UNTUK ALESHA

Baik-Baik Ya, Echa

"Jihan!" Seru seseorang yang menghampirinya di gazebo.

"Askjskshjsj. Demi apa? Kak Birru manggil gue?" Batinnya riang.

"Jihan,"

"E-eh, iya kak?"

"Kamu sendirian?"

"Askjskshjsj, meleyot guee! Tolong ya Allah!"

"Han,"

"I-iya, Jihan sendirian." Jawabnya sedikit gugup. "Ada apa ya, kak? Kok tumben panggil Jihan."

"Alesha mana?"

Deg ....

Kontan wajah Jihan langsung berubah menjadi tak ceria.

"Han,"

"E-eh ... anu-"

"Anu? Anu apa?"

"Anu, kak-"

Birru terkekeh melihatnya. "Anu apa?"

"Alesha sakit." Ucapnya menelan saliva paksa.

"Sakit? Demam?"

"K-kayaknya sih gitu."

"Yaudah, makasih ya."

"Iya."

Sosok pria itu pergi darinya. Langkahnya terdengar berat ditelinga Jihan. Entah mengapa, dirinya kali ini benar-benar tidak bisa menahan egonya.

"Dia mencintai lo, Al ...." Lirihnya pelan.

•••

Tok! Tok! Tok!

"Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalaam."

Ceklek!

Pintu setinggi 2 setengah meter itu terbuka lebar. Seorang perempuan berusia 25 tahun tengah berdiri tepat di depan pintu. Seulas senyum terukir di wajahnya ketika melihat siapa yang datang ke rumah.

"Kak." Ucap seseorang yang tak lain adalah Birru.

"Kak aku-"

"Masuk aja, nggak papa." Ucap Salma mempersilahkannya masuk dan duduk di sofa.

"Mau jenguk?"

"Iya. Katanya sakit."

"Demamnya tinggi banget, tapi Alhamdulillah udah mendingan."

"Mungkin habis hujan-hujanan kemarin."

"Pantes."

"Waktu itu beli obat buat temennya.
Dikarenakan hujan, jadi Aal jemput. Awalnya mau pakek payung, tiba-tiba payungnya dikasih ke Aal dan dia lari."

"Emang ya tuh anak."

"Nggak papa, kak."

"Kamu yang sabar, kita do'a sama-sama. Nanti kakak coba bilang ke dia." Ucap Salma seraya menepuk pelan bahu Birru.

"Iya, makasih."

"Sama-sama. Kamu nggak salah."

Seulas senyum terukir di wajah Birru. "Echa, udah tidur?"

"Udah."

"Oh."

"Dia memang belum bisa maafin kamu, tapi coba kamu lihat dari hati kecilnya. Hampir tiap malem dia pasti ngelamun di balkon sambil nulis-nulis buku.