Papa

501 56 0
                                    

"Assalamu'alaikum." Ucap seseorang seraya mengetuk pintu rumah Alesha.


"Wa'alaikumussalaam." Sahut Abban dan Alesha bersamaan seraya berjalan ke arah pintu.

Kini, pintu itu terbuka lebar. Terdapat seorang laki-laki berpeci berada di depannya. Siapa lagi kalau bukan Syawal.

"Bang Aal? Ada apa?" Tanya Alesha mengernyitkan dahi.

Syawal tersenyum. "Bani, saya pinjam istrinya sebentar. Buat bicara empat mata."

Alesha menyengir. Abban pun terkekeh dan mengangguk mendengarnya. "Iya, bang. Tapi jangan lupa di kembaliin. Bani juga mau ke pondok. Silakan!"

"Alee, saya pergi dulu." Lanjutnya Abban menyodorkan tangannya ke arah Alesha. Alesha pun mencium punggung tangan Abban dan berkata, "hati-hati."

Abban tersenyum dan mengangguk kepada Alesha dan Syawal, lalu pergi ke pondok putra untuk mengajar tafsir jalalain di sana.

"Monggo melbet, mas." Ucap Alesha.

"Nggih, rayi." Sahut Syawal yang membuat keduanya terkekeh.

"Kita bicara di gazebo belakang aja, ya. Echa siapin teh. Bang Aal duluan aja." Jelas Alesha.

"Iya, jangan lama-lama! Gulanya jangan banyak-banyak! Airnya Jagan terlalu dingin, jangan terlalu panas!" Serunya seperti kereta.

"Iyaaaa, bawel."

Syawal pun terkekeh dan langsung berjalan ke belakang.

Tak lama kemudian, Alesha datang membawa secangkir teh hangat dengan piring kecil dibawahnya.

"Diminum dulu." Ucapnya seraya menyodorkan teh itu kepada Syawal.

"Makasih." Sahutnya mengulum senyum.

Alesha mendudukkan badannya di samping Syawal yang telah duduk di gazebo seraya menikmati suasana taman belakang.

"Mau ngomong apa, bang?" Tanyanya.

"Nggak kangen sama wali nikah kamu, dek?" Tanya Syawal yang membuat Alesha terheran.

"Wali?"

"Papa, dek."

"Nggak. Lagian, kemarin waktu ijab qobul kan udah ketemu."

"Tapi kamu nggak bicara apa-apa 'kan?"

"Bang-"

"Dek, maafin ya."

"Abang mau Echa di pukul lagi? Di siram pakek air waktu tengah malam? Ditampar, di-"

"Dek, dengerin bang Aal." Sela Syawal seraya menangkupkan kedua tangannya ke pipi Alesha.

Netra coklat Syawal menatap lekat netra biru Alesha seraya berkata, "papa memang masih belum berubah. Tapi dek, bang Aal ngeliat kalo sebenernya papa pengeeeen banget berubah, dek."

SENJA UNTUK ALESHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang