Satu pekan berlalu dengan cepat. Syawal Alfarizqi, ia sedang melakukan perjalanan pulang dari Turki. Di bandara terdapat Alesha, Alim, Zayyan, Hilya juga Zalfa yang tengah menunggunya.
Setelah hampir 1 jam menunggu di bandara, pesawat yang dinaiki Syawal pun tiba. Namun, Alesha hanya duduk di kursi tunggu sembari memasang wajah datar dengan tatapan kosong.
"Assalamu'alaikum, wah rame nih." Ucap Syawal yang langsung menyalami Alim dan Zayyan serta menangkupkan kedua tangannya pada Hilya dan Zalfa.
"Wa'alaikumussalaam." Jawab Alim dan lainnya.
"Wah, bang Syawal udah dateng nih. Bawa oleh-oleh nggak?" Celetuk Zayyan riang.
"Bawa dong, nanti dibagi rata."
"Syawal?" Tanya Hilya kebingungan.
"Lah, kamu ketinggalan berita, Ning." Cetus Zayyan.
"M-maksdunya?"
"Nama asli bang Birru itu Syawal Alfarizqi."
"Kok bisa?"
"Ceritanya panjang, Ning."
"Lim, Alesha mana?" Tanya Syawal sembari melihat kesana-kemari mencari keberadaan adiknya itu.
Alim menoleh ke belakangnya dan menjumpai Alesha tengah duduk di kursi. "Lah, itu."
Syawal pun menghampirinya dan duduk disebelahnya. "Dek." Panggilnya. "Kenapa? Oh iya, kak Salma mana? Katanya mau beli HP baru."
Tidak ada jawaban dari Alesha. Semuanya pun ikut menunduk diam membisu mendengar ucapan Syawal.
Alesha menoleh ke arah Syawal. Menatap sayu wajah abangnya itu. "Bang,"
"Sakit?" Tanyanya sembari mengecek suhu bada Alesha dengan membolak-balikkan tangannya di atas dahi Alesha.
Alesha menggeleng pelan. "I'am sorry ...." Lirihnya.
"Hah? Untuk apa, dek?"
Alesha hanya terdiam dengan tatapan kosong. Syawal pun memeluk erat tubuh Alesha, berusaha menenangkan adiknya itu. Meskipun, ia tidak paham akan semua ini.
"Kenapa, dek? Kak Salma mana? Kita ke kak Salma aja, yuk!" Ajak Syawal yang diangguki oleh Alesha.
Kini, Alesha dan lainnya menaiki mobil menuju ke pemakan umum. Syawal terkejut melihat tempat yang menjadi pemberhentiannya.
"Makam?" Tanyanya terheran.
"Oh iya, kita ke makam kakek kan, Cha? Bener juga, kita ziarah dulu." Lanjut Syawal panjang lebar.
Alesha langsung berjalan menuju sebuah pemakaman baru. Ia berhenti dan duduk di depannya.
Syawal yang melihat itu pun terheran lalu ikut duduk di sampingnya. Ia melihat ke arah batu nisan yang bertuliskan 'Salma Amira Zarwa binti David'.
Syawal menggeleng pelan. "Dek?" Tanyanya lirih.
"K-kak Salma." Jawab Alesha pelan.
Setetes air mata Syawal lolos di pipinya. "Innaalillaahi Wainnaailaihi Raaji'uun."
"M-maaf, bang." Ucap Alesha yang ikut menangis.
"Sejak kapan, dek?"
"Perjalanan pulang dari bandara."
"B-bang, kita baca Yasin aja, ya." Ajak Alesha yang masih dengan tatapan kosong.
Syawal mengangguk. Mereka semua pun membacakan surat Yasin untuk Salma.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA UNTUK ALESHA
Teen FictionHai, namaku Alesha Zahrasyla. Sengaja ku tulis cerita ini untuk mengenang orang-orang berharga yang pernah ada di beberapa episode hidupku. Di episode pertama, kalian akan menemukan Jihan. Dia sahabatku. Dia humoris, humble, tapi terkadang karaktern...