"Loh, Jihan kemana? Tumben jam segini belum dateng." Tanya Alesha sembari melihat kursi Jihan yang masih kosong.
"Tadi sih WhatsApp gue, katanya sakit." Jawab Rara.
"Sakit apa?"
"Kurang tau sih."
Alesha pun berterima kasih dan duduk di kursi. Ia menoleh ke arah bangku Jihan yang kosong itu.
Meskipun saat ini Jihan masih belum bisa kembali menjadi Jihan yang ia kenal, rasanya, hari terasa sepi tanpa kehadiran Jihan.
"Al, jangan cemberut gitu dong! Kayak orang abis dijodohin aja lo." Celetuk Rara yang tanpa disadari memang telah menjadi kenyataan.
"Apaan sih, Ra!?" Sahutnya santai.
"Canda kali."
"Nanti kita ke rumah Jihan nggak?"
"Kan baru hari ini, Al. Tunggu 3 hari aja."
"Oh, oke."
"Oh iya, Jihan kenapa sih? Kok akhir-akhir ini dia kayak nggak akrab gitu sama lo."
"Dia salah paham." Pungkas Alesha singkat.
•••
Sepulang sekolah, Alesha bergegas menuju rumah Jihan. Hanya butuh waktu 10 menggunakan mobil bersama Syawal.
Pintu rumah Jihan terbuka lebar. Alesha yang telah berada di depannya itu pun mendengar suara keributan dari dalam rumah.
"JIHAN CAPEK, MA! JIHAN PENGEN ISTIRAHAT!" Teriak Jihan yang menuruni anak tangga rumahnya.
"CAPEK NGAPAIN AJA, JIHAN!? KAMU DARI TADI CUMA TIDURAN DOANG. CAPEK DARI MANA?" Balas seorang perempuan paruh baya yang merupakan mama Jihan. Rania, namanya.
"Ma, mama sadar nggak sih? ... Capek bukan cuma dari fisik, ma. Mental Jihan juga bisa capek. Mama selalu suruh Jihan inilah-itulah, it's okey! Fine, ma!. Tapi kenapa ma? mama nggak pernah tuh cari obat buat Jihan. Jihan lagi sakit, mah!"
"APA UANG SEKOLAH YANG MAMA KASIH NGGAK BISA KAMU TABUNG? HEMAT DONG JIHAN!"
"Mah, Jihan sakit ginjal loh ma. Mama pikir cuci darah tiap pekan gratis? Bahkan ma, setidaknya mama ngertiin Jihan dikit, deh. Nggak ada yang mau sakit, mah. Mama pikir Jihan mau kayak gini?"
"YA MAKANYA KALO GA MAU SAKIT, KAMU JAGA KESEHATAN DONG!"
"Mah, kalo seandainya kesembuhan itu ada di depan mata dan nyata, Jihan ambil ma. Tapi kesembuhan itu dari Tuhan. Jihan juga udah berusaha sekuat mungkin. Do'a juga Jihan nggak pernah berhenti."
"JIHAN, BERANI NGEBANTAH YA KAMU! BANTAH TERUS!"
"Mah, takdir nggak bisa dipaksa atau di pilih, ma. Kalo bisa, Jihan pengen jadi orang normal. Jadi orang yang sehat."
PLAK!
Satu tamparan keras mendarat di pipi Jihan. Alesha yang melihat kejadian itu pun langsung masuk ke dalam rumah tanpa permisi.
"Tante, stop!" Seru Alesha yang langsung memeluk Jihan.
"Alesha, sejak kapan kamu di sini?" Tanya Rania terkejut.
"Maaf, tante. Alesha udah dengar semuanya. Jihan emang salah tante, tapi kalo boleh ngasih saran, Jihan lagi sakit. Dia butuh istirahat, tante. Dia juga butuh pengertian."
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA UNTUK ALESHA
Ficção AdolescenteHai, namaku Alesha Zahrasyla. Sengaja ku tulis cerita ini untuk mengenang orang-orang berharga yang pernah ada di beberapa episode hidupku. Di episode pertama, kalian akan menemukan Jihan. Dia sahabatku. Dia humoris, humble, tapi terkadang karaktern...