"Assalamu'alaikum." Ucap Abban setelah pulang dari masjid ponpes dan langsung cengo melihatnya kamarnya yang kosong.
"Alee, kamu di mana?" Carinya sedikit keras.
Ia pun mendengar suara pergerakan seseorang dari dapur, kemudian berjalan ke arah itu.
"Loh, udah sehat? Kan saya bangunin kamu shubuh tadi buat sholat, bukan buat masak." Ucap Abban yang telah melihat Alesha mempersiapkan piring di atas meja makan.
"Nggak boleh?"
"Ya nggak lah. Saya kan rencananya baru mau masak buat kamu."
"Emang bisa masak?"
"Ya biasalah, sayang."
"Hih, Gus. Jangan panggil gitu, geli."
"Nggak."
"Yaudah, makan gih!"
"Siap! Bu bos!" Ucapnya yang langsung duduk di kursi.
"Alesha mau ke ndalem Abah dulu." Pamitnya pada Abban dan langsung mendapat tarikan tangan oleh Abban.
Langkahnya pun terhenti. "Kenapa, Gus? Ga enak ya makanannya?"
Abban menggeleng. "Mau ke Abah?"
"Iya."
"Ngapain?"
"Nganterin ini, soalnya tadi sengaja masak banyak. Buat Abah sama keluarga ndalem." Jelasnya seraya memperlihatkan rantang yang ditentengnya.
"Baik banget istri Bani."
"Hadeeh! Udah deh, buruan makan!"
"Nggak. Ikut!"
"Dih, manja banget."
"Nggak ada penolakan. Yuk!" Ajaknya yang langsung menggandeng tangan Alesha ke ndalem kyai Bilal.
"Makanannya gimana?"
"Kamu udah makan?"
"Belum."
"Yaudah, nanti saya makan sekalian suapi kamu."
"Ih, ogah."
"Yakin, hm?"
"Apasih, udah sampek tuh!"
Kini Alesha dan Abban telah berada di depan ndalem kyai Bilal. Saat hendak mengetuk pintu dan salam, nyai Fathimah tiba-tiba keluar dan melihat keduanya.
"Loh Bani, Alesha, mau ketemu Abah?" Tanyanya.
"Mboten, nek." Jawab Abban seraya menyalimi tangan nyai Fathimah yang diikuti oleh Alesha.
"Terus?"
"Istri Bani mau kasih sedikit makanan, soalnya emang disengaja masak banyak." Jelas Abban yang mendapat tatapan kaget dari Alesha. Abban pun membalas tatapan itu seraya tersenyum
Alesha mengalihkan pandangannya ke nyai Fathimah seraya berkata, "ini, nek nyai." Sahut Alesha seraya memberikan rantang makanan yang dibawanya.
Nyai Fathimah menerimanya kemudian berterima kasih. Alesha dan Abban pun pamit untuk pulang ke rumah mereka yang hanya beberapa langkah dari ndalem kyai Bilal.
"Lanjutin makannya, Gus!"
"Siap, bu bos! Sini! Biar saya suapi."
"Nggak. Belum laper."
"Dikit."
Alesha pun duduk di kursi sampingnya sedikit condong dan makan bersama Abban di ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA UNTUK ALESHA
Ficção AdolescenteHai, namaku Alesha Zahrasyla. Sengaja ku tulis cerita ini untuk mengenang orang-orang berharga yang pernah ada di beberapa episode hidupku. Di episode pertama, kalian akan menemukan Jihan. Dia sahabatku. Dia humoris, humble, tapi terkadang karaktern...