Jangan Pergi, Lagi

556 69 0
                                    

Pagi ini, Salma terbangun pada pukul 5 pagi. Ia kaget tidak melihat keberadaan Alesha di hospital bed. Selang infus yang semalam masih tertempel di tangan Alesha, kini bergelantungan di atas hospital bed.

"Loh, Al!"

"Al, kamu di mana dek?"

Ia mencoba untuk membuka handphone-nya. Ia juga terkejut dengan handphone-nya yang langsung membuka aplikasi WhatsApp.

Terlihat pesan yang dikirimkan oleh Birru semalam. Salma memejamkan matanya frustasi. Ia mengetahui bahwa Alesha telah membuka dan membaca pesannya terlebih dahulu.

Saat hendak berdiri, Salma melihat sebuah kertas kecil yang tergeletak di hospital bed.

Kak, maaf.
Alesha terpaksa pergi tanpa pamit sama kakak.

Alesha udah tau semuanya, kak.
Malam itu, Alesha nggak bener-bener tidur.

Terima kasih, kak.
Terima kasih.

Alesha merasa bersalah sama bang Syawal. Seharusnya, Alesha dengerin penjelasan kakak dari awal.

Kalo kakak udah baca pesan ini, jangan langsung cari Alesha.

Kakak sholat shubuh dulu.
Alesha juga udah sholat, sekalian qadha' sholat yang tertinggal.

Kakak gausah khawatir, Alesha baik-baik aja.
Alesha cuma mau nyusul kak Syawal di bandara.

~Alesha

•••

"Pemberangkatan tinggal 15 menit lagi." Ucap Birru pada Alim dan Zayyan.

"Hati-hati!" Sahut Alim.

"Wiih, ada apa ni? Kok kayaknya kalian nggak beku lagi." Celetuk Zayyan yang melihat keakraban Alim dan Birru.

Alim dan Birru hanya tertawa kecil mendengarnya.

"Gue, langsung ke pesawat ya."
Alim dan Zayyan mengangguk seraya tersenyum pada Birru.

Birru pun berjalan menuju pesawat lalu mengantre ke dalam pesawat menunggu waktu take off tiba.

"Kak!" Teriak Alesha yang masih mengenakan baju rumah sakit.

"Alesha." Gumam Zayyan terkejut.

"Kak Zayn, bang Aal mana?" Tanyanya panik. Udah take off, ya?" Lanjutnya lirih.

"Hah?" Tanya Zayyan kebingungan.

"Kak Alim," ucap Alesha menatap sedu wajah Alim.

Tidak ada jawaban dari Alim. Ia hanya menunduk mendengarnya. Sementara Zayyan, ia bingung melihat kejadian di depan matanya.

Alesha terduduk lemah di kursi penunggu. Tatapannya kosong. Tubuhnya, seperti tak berdaya lagi.

Tiba-tiba, Birru melihat Alesha dari balik dinding kaca yang besar. Ia pun menghampiri gadis itu dengan langkah ragu tak percaya. Tangannya tertempel pada dinding kaca dengan bibir yang sangat ingin memanggilnya.

SENJA UNTUK ALESHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang