"Ke London, yuk!" Ajak Abban lalu duduk di samping Alesha yang tengah berada di balkon kamarnya.
Alesha yang sibuk mengetik di laptop itu pun menoleh dan mengernyitkan dahi.
Abban yang mengerti akan hal itu pun menatap balik ke arah Alesha dengan terkekeh. "Mau?"
"Ngapain ke sana?" Tanya Alesha ketus dan langsung menutup sedikit layar laptopnya.
"Pengen ketemu seseorang."
"H-hah?"
Abban tersenyum tenang. "Amplop putih yang berisi surat cinta. Saya menemukannya di gazebo, di samping seorang perempuan yang tengah tertidur dengan mata sembab."
"Am-plop?"
Abban tertawa kecil dan mengusap-usap pucuk kepala Alesha, lalu masuk ke dalam kamar dan mengambil sesuatu di dalam laci.
Alesha merasa penasaran dan mengintip tingkah laku Abban dari balik jendela sampai Abban kembali di sampingnya.
"Belum di baca, ya?" Tanya Abban lembut seraya menyodorkan sebuah amplop putih kepada Alesha.
Alesha terkejut melihat amplop itu dan langsung menolaknya mentah-mentah. "NGGAK!"
"Alee, saya yakin dengan cinta yang ada di hati kamu." Ucap Abban seraya menangkupkan kedua tangannya pada pipi Alesha.
"Nggak ada cinta di hati saya, Gus."
"Ssst! Aku mencintaimu. Kau juga, bukan?" Bisik Abban pelan.
"Maafkan yang lalu, Alee." Lanjutnya.
"Berat, mas."
"Saya bantu."
"Kenapa mas se yakin itu?"
"Allah itu menurut prasangka hamba-Nya, dan saya yakin."
"Tidak ada cinta yang lebih indah dibanding cinta antara Tuhan dan hamba-Nya." Sahut Alesha lembut.
"Nah, pinter. Dan untuk mendapatkan cinta Allah, Birrul Walidain juga bisa menjadi salah satu jalannya, Alee."
"Mantap-mantap, bisa jadi bahan nulis." Kontan keadaan yang semula menegangkan itu pun pecah.
"Yee, mau maafin enggak?"
"Akan ku coba, mas." Sahutnya santai.
"Nah, good. Setidaknya nggak cuman nulis biar di contoh orang doang, tapi juga bisa mempraktekkan apa yang di tulis." Pungkas Abban seraya menepuk lembut pucuk kepala Alesha.
Alesha tidak menghiraukannya. Ia hanya fokus dengan pekerjaan di hadapannya.
Melihat hal itu, Abban menghela nafas besar dan berkata sedikit kencang, "Ya Allah! Mau istri lagi! Kalo sama yang ini dicuekin terus."
Mendengar hal itu, Alesha menoleh dan merubah wajahnya menjadi murung dan marah kepada Abban. "Jangan Ya Allah, suami Alesha manja! Kasian ceweknya!" Balasnya sedikit keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA UNTUK ALESHA
Fiksi RemajaHai, namaku Alesha Zahrasyla. Sengaja ku tulis cerita ini untuk mengenang orang-orang berharga yang pernah ada di beberapa episode hidupku. Di episode pertama, kalian akan menemukan Jihan. Dia sahabatku. Dia humoris, humble, tapi terkadang karaktern...