Selamat, Kak Hilya

539 56 2
                                    

Kini, Alesha berada diantara santriwati yang tengah menyiapkan makanan untuk acara 40 harian Salma. Tepatnya, di ndalem pondok pesantren.


Ndalem terletak di antara pondok putra dan putri yang juga sebagai pembatas wilayah. Apabila ada seorang santri ataupun santriwati yang melewati ndalem menembus pondok lawan jenis, maka mereka akan terkena ta'zir.

"Eh, tau nggak sih? Katanya, cucu mbah yai yang lagi kuliah di Mesir bakalan datang ke sini."

Hampir seluruh santriwati yang berada di dapur membahasnya dan membuat Alesha bosan.

"What? Serius? Demi apa? Terakhir kali beliau kesini itu waktu kelas 3 MTs, dan emang bener-bener cakep di atas rata-rata sih."

"Iya. Hidungnya, bibirnya, alisnya, bulu matanya, bola matanya, semuanya deh! Paket komplit emang."

"Siapa sih, namanya? Kok saya lupa, ya?"

"A ... a ... ah, siapa ya? Nggak tau, lupa juga."

"Intinya, ada El-El nya gitu loohh!" Kesal santriwati yang lain.

"Eh-eh! Beliau udah punya calon belum, ya?"

"Ah, jangan gitu dong! Baru juga mau liat wajahnya, udah potek aja."

"Kan masih ada Gus Alim sama Gus Syawal."

"Syawal? Siapa dia?"

"Ituloh, nama aslinya Gus Birru."

"Oh, baru tau."

"Tapi, kalo dipikir-pikir, saya lebih tertarik sama Gus yang kuliah di Mesir itu deh. Katanya, orangnya tuh cool banget gituloh. Hebat sih buat orang yang berhasil ngeluluhin hatinya."

"Iya, mana dia tahfidz lagi. ARGGGHHH!"

"Terus-terus, dia juga hafal Alfiyah, Imriti, Aqidatul Awam, banyak deh pokoknya."

"iya sih, tapi kita di sini kan cuma hari ini doang. Nggak bakal bisa ketemu Gus itu tiap hari. Mana jarak ndalem sama ponpes putri jauh banget lagi."

Memang, santriwati hanya diperbolehkan ke ndalem ketika ada acara pondok seperti haul, maulid nabi, isra' mi'raj, dan acara-acara penting lainnya. Itupun hanya santriwati terpilih yang diperbolehkan.

Perjuangan mereka juga sangat minim berhasil untuk bertemu dengan santri-santri putra. Bagaimana tidak, mereka hanya boleh membantu memasak di ndalem.

Sedangkan acaranya di gelar di lapangan yang berada di ponpes putra dan hanya ada santri-santri, ustadz-ustadz, juga kyai.

Bahkan, meskipun satu wilayah pondok, gedung sekolah, asrama, dan tempat-tempat lain antara santri putra dan putri terpisah.

"Gaseru ah, santrinya cekep-cakep apalagi Gus nya. Buat pindah haluan niat aja tuh para lelaki."

"Pindah gimana?"

"Dulu niat cari ilmu, eh sekarang rada kepincut ama lelaki. Padahal nggak pernah ketemu."

"Kok bisa?"

SENJA UNTUK ALESHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang