Bab 12 - Di ruangan ini

943 104 95
                                    

Happy reading ʕ•ε•ʔ


"Mereka yang tulus tidak akan pernah memaksamu untuk bersikap sesuai kehendaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mereka yang tulus tidak akan pernah memaksamu untuk bersikap sesuai kehendaknya."

- ARZIO BAB 12 -

Azril termengung di depan pintu UKS saat melihat seorang perempuan yang disukainya berada di dalam UKS dengan membawa segelas air di tangannya.

Naomi. Perempuan itu terlihat sangat cantik dengan rambut hitam yang digerai. Bagi Azril, Naomi tidak hanya cantik secara fisik, melainkan cantik dari sikapnya yang dewasa.

Arga dan Arzio yang menjadi saksi bisu perasaan Azril terhadap Naomi, hanya bisa terkekeh melihatnya. Azril terlalu ragu untuk mengambil risiko. Katanya si, takut ditolak. Ck! Padahal mencoba saja belum.

Lamunan Azril buyar ketika Naomi menoleh menatapnya. Dalam beberapa detik mereka saling menatap, hingga pada akhirnya suara teguran dari mikrofon di lapangan membuat mereka saling mengalihkan tatapan.

"Itu yang di UKS segera ke lapangan!"

Dengan segera Azril meneruskan langkahnya. Memapah Arzio ke dalam UKS. Arzio duduk di tepi brankar.

"Nanti abis upacara gue balik lagi, lo tiduran aja," kata Arga yang langsung diangguki oleh Arzio.

Azril berdiri canggung di sebelah Naomi. Berulang kali dia melirik ke arah cewek itu secara diam-diam.

Kalau boleh jujur, sebenarnya Azril ingin sekali berbasa-basi dengan perempuan itu. Tapi dia tidak tahu apa yang harus dia tanyai. Hingga pada akhirnya sebuah panggilan dari lapangan membuat Azril buka suara.

"Lo nggak upacara?" tanya Azril pada Naomi.

Sontak Arzio dan Arga langsung menatap Azril dan Naomi secara bergantian.

Naomi tersenyum tipis lantas menjawab. "Upacara kok, bentar gue kasih minum dulu ke temen."

"Yaudah gue tungguin."

Naomi sedikit terkejut mendengar ucapan Azril. Pasalnya dari cerita orang-orang yang Naomi dengar, Azril bukanlah tipe cowok yang suka menunggu. Apalagi menunggu kepastian. Rasanya aneh saja dia mendengar Azril mengatakan itu.

Gadis itu mengangguk samar lalu pergi ke brankar di sebelah yang dibatasi oleh gorden berwarna putih.

Aroma khas UKS ini memang sama persis dengan aroma rumah sakit. Terlihat beberapa peralatan aluminium berwarna silver yang tertata rapi sesuai tempatnya.

Atmosfer di ruangan ini terasa jauh lebih dingin, padahal hanya ada satu pendingin ruangan yang dihidupkan.

Arga yang melihat sahabatnya gugup berusaha untum menahan tawa. Dia bersumpah ini untuk pertama kalinya melihat Azril keringat dingin.

ARZIO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang