Bab 5 - Mempertanyakan

1.6K 155 46
                                    

Selamat membaca 🤓

"Jangan salahkan perasaan yang membuatnya menjadi berubah seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan salahkan perasaan yang membuatnya menjadi berubah seperti ini."

Arzio Bab 5


Bagaikan pohon yang tersambar petir, tiba-tiba saja Sebastian mengajak Sonya untuk makan malam di rumahnya. Terlebih lagi Sebastian juga mengharuskan Marvelo untuk hadir,  tidak seperti biasanya.

Atmosfer di dalam rumah bak istana ini terasa sangat menyeramkan. Sementara Sebastian duduk di ujung meja sambil memotong beef  di piringnya.

Hening menyelimuti suasana di ruang makan. Tak ada satupun yang berbicara.  Sebastian menyuap suapan terakhir beef nya. Lalu meneguk segelas air  mineral. Terakhir ia mengelap bibirnya dengan tisu.

Sonya terus saja  tak kunjung berhenti menyenggol kaki sahabatnya di bawah sana. Dia benar-benar penasaran dengan maksud ayah Marvelo mengundangnya makan malam.

“Sonya.”

Sonya menoleh.  “I-iya om?”

“Kamu tau kenapa wajah Marvelo bisa sampai babak belur begitu?” tanya Sebastian.

Sonya meneguk salivanya.  Ia melirik  ke arah Marvelo yang juga sedang menatapnya. 

Em..., karena Marvelo habis berantem, Om,” jawabnya pelan. 

“Dan kamu tau apa penyebabnya?” Sonya menggeleng pelan. 

“Sonya kurang tau Om.” Sebastian mengalihkan pandangannya ke arah Marvelo.

“Marvelo,  sekarang Papa tanya sama kamu.  Apa alasan kamu merendahkan Arzio seperti itu?” Sonya terbelalak seketika. 

Marvelo meneguk air dalam gelas, lalu menjawab,   "Jawabannya singkat,  Pah.  Karena Arzio itu rendahan."

Sonya menginjak kaki Marvelo di bawah sana.  Dia tidak mau Marvelo terkena omel untuk kesekian kalinya. 

“Kenapa kamu bilang begitu?  Memangnya  apa hak kamu merendahkan orang sebaik dia?”

Marvelo terkekeh.  Dia mengepal kuat sendok di tangannya.  “Baik?  Orang yang Papa bilang baik itu nggak sebaik kenyataannya.”

“Bukankah setidaknya dia jauh lebih baik daripada kamu?”

“Pa!”

“Benar bukan?  Setidaknya dia jauh lebih bertanggung jawab. Kenapa kamu sampai berani menyumpahi keluarganya?” Sebastian terus saja memancing amarah Marvelo. 

Marvelo memejamkan mata sejenak berusaha menahan amarahnya. 

“Orang yang kamu anggap munafik itu adalah orang yang bertanggung jawab Marvelo. Kenapa kamu selalu saja mencari masalah dengan dia?  Papa dan Mama tidak pernah mengajarkan kamu untuk bersikap semena-mena seperti ini,” Sebastian menasihati putra semata wayangnya.

ARZIO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang