🌱 Happy Reading 🌱
"Tumbuh tanpa rasa kasih sayang dari orangtua bukanlah hal mudah. Dipaksa untuk dewasa sebelum waktunya, menanggung beban sendiri, dan dibuat hancur oleh keadaan rumah yang selalu berantakan."
- Arzio bab 23 -
Langkah kaki Deza terhenti tepat di depan pintu. Ia merasa ragu saat melihat sandal kulit hitam yang biasa papanya kenakan itu tertata rapi di rak sepatu.
Tiba-tiba saja pintu terbuka menampilkan sosok Delina yang memakai celemek sambil membawa tempat makan di tangannya. Sontak Deza langsung menyambar telapak tangan sang mama untuk disalami.
"Assalamualaikum ma."
"Waalaikumsalam. Loh Deza kenapa nggak langsung masuk?" tanya Delina.
"Ah nggak ma, tadi lagi mikirin pr apa aja hehe. Tempat makan itu pasti mau dikasih ke mang Ujang ya? Sini biar Deza aja," jawab Deza beralasan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia mengambil alih kotak makanan itu.
Tanpa menunggu jawaban dari Delina, Deza langsung beranjak ke luar pekarangan menuju pos ronde-tempat biasa mang ujang berjaga-untuk memberikan makanan itu. Memberikan makanan untuk makan malam untuk Mang Ujang di pos ronda sudah mejadi kebiasaan sang Mama sejak mereka pindah ke komplek ini.
Delina menggeleng heran melihat tingkah Deza. Putra bungsunya itu sangat unik, terkadang Deza bisa terlihat cuek dan sangat galak, terkadang bisa terlihat perhatian dan suka menolong, dan terkadang Deza bisa juga terlihat aneh karena berbicara sendiri dengan tiang listrik ataupun pohon.
Setelah mengantarkan makanan Deza langsung kembali ke rumah. Tapi cowok itu tidak masuk lewat pintu depan melainkan lompat melalui tembok pembatas yang langsung menghubungkan ke pintu belakang rumah. Sebut saja Deza ini orang aneh yang naif.
Bruk!
Deza jatuh tengkurap di atas rerumputan taman buatan di belakang rumahnya. Cowok itu meringis memegangi telapak tangannya yang memanas.
"Ni rumput apa rumput si, masa jatuh kayak gini doang telapak tangan gue langsung kesakitan. Rumput kw under quality memang berbeda," dumalnya entah pada siapa. Lantas dia bangkit dan menepuk-nepuk seragam yang sedikit kotor.
Deza membeku saat melihat Arzio yang tengah menatap ke arahnya sambil membawa gelas. Ah sial, kenapa Kakaknya ada di rumah si jam segini. Lagi-lagi Deza menyalahkan waktu yang selalu mempertemukan dia dengan Arzio.
Tanparpikir panjang Deza meneruskan langkahnya-melewati Arzio begitu saja. Tidak ada tegur maupun sapa. Keduanya terlihat seperti orang asing yang tidak saling mengenal.
Dengan cepat Deza menaiki anak tangga bahkan tidak tanggung-tanggung Deza langsung menaiki tiga anak tangga sekaligus. Mentang-mentang punya kaki yang jenjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZIO [SELESAI]
Teen Fiction"𝑨𝒏𝒅𝒂𝒊 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒕𝒖𝒂𝒔𝒊 𝒊𝒕𝒖." : ft. Jeno Bercerita tentang Arzio dan waktu yang selalu menempatkan dia di posisi yang salah. Menyisakan penyesalan yang tidak berujung ta...