Epilog

1.9K 109 16
                                    

Kisahnya selesai bersama ombak yang membawanya berlabuh. 

🎶 Rela —  Shanna Shannon 🎶

Happy reading (⌒o⌒)

"Karena  setiap yang dipertemukan oleh takdir,  akan dipertemukan pula dengan perpisahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena  setiap yang dipertemukan oleh takdir,  akan dipertemukan pula dengan perpisahan."

— EPILOG —

Terlihat banyak bendera kuning yang terpajang di pekarangan rumah kediaman Arzio.  Bangku-bangku disediakan untuk setiap tamu yang hendak menyelelawat.  Banyak orang yang mengenakan pakaian serba hitam keluar masuk dari dalam rumah.  Tak jarang dari mereka yang menangis selepas menyelawat.

Anara turun dari mobil, netranya menatap sekeliling pekarangan rumah sederhana ini.  Rumah yang selama belasan tahun menjadi tempat tinggal Arzio.

"Nggak nyangka saya orang sebaik Arzio pergi duluan."

Anara tertunduk dalam saat mendengar bisikan para tetangga.

Rasa sesak sejak kemarin masih membelenggu memerangkap isi hatinya.  Dia tidak menyangka akan datang berkunjung ke rumah ini hanya untuk sekadar mengantar Arzio pulang ke tempat peristirahatan terakhirnya. 

Lelehan cairan bening kembali jatuh.  Jari-jemarinya semakin erat menggenggam tas. Perempuan cantik yang memakai balutan gamis berwarna hitam  lengkap dengan kerudung itu,  tampak sangat kacau.  Matanya sembab, pias di wajahnya pucat seperti orang tidak memiliki semangat untuk hidup. 

"An,  ayo!  Bentar lagi acara tahlil dimulai,  lo harus temuin Arzio."

Ucapan Azril berhasil mengalihkan fokusnya. Anara menyeka air mata,  sebisa mungkin dia meneguhkan hati untuk terus melangkah. Dia tidak ingin datang menemui Arzio dengan penampilan yang kacau.

Dengan keteguhan hati yang dia miliki,  Anara melangkah gontai memasuki pekarangan rumah.  Melewati orang-orang yang duduk di bangku.  Tangannya bergemetar,  matanya memanas,  gemuruh di hatinya kian menjadi. 

Jangan nangis Ra.  Demi Arzio.  Anara menguatkan dirinya sebisa mungkin. 

Tapi sayangnya pertahanan itu tidak bisa dia tahan. Air mata tanpa permisi jatuh meluruh saat melihat sosok lelaki yang terbaring lemah dengan selimut menutupi hingga sebatas dadanya. Tubuh Arzio sudah dibalut oleh kain kafan putih. 

Wajahnya tampak sangat pucat, bibirnya pun sudah membiru. Di sebelah cowok itu Deza tertunduk dalam sambil memegang Al-Qur'an.

ARZIO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang