Bab 41 - Langit Abu-Abu

1.1K 80 5
                                    

⚠️ Crime scene & romance scene ⚠️

Happy Reading (⌒o⌒)

"Ini bukan tentang dia yang menghilang tanpa kabar, melainkan dia yang datang tanpa kata hanya sekadar untuk memberikan setitik kebahagiaan dan kenyamanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ini bukan tentang dia yang menghilang tanpa kabar, melainkan dia yang datang tanpa kata hanya sekadar untuk memberikan setitik kebahagiaan dan kenyamanan."

- Arzio bab 41 -

Di bawah hamparan langit yang menjadi saksi bisu keheningan tanpa pengharapan. Anara melangkah gontai di pinggir trotoar. Wajah mungil dengan pipi yang sedikit tembam itu tampak sangat gundah. Pasalnya sudah hampir seminggu lamanya dia tidak mendengar kabar apapun tentang Arzio.

Sejak ulangan tengah semester selesai Anara sama sekali tidak mellihat presensi Arzio di sekolah. Bahkan di saat jam istirahat pun Arzio yang biasanya datang menyampar kini tidak sama sekali. Di kantin pun Anara hanya melihat Arga dan Azril.

Anara sudah berulang kali bertanya kepada sahabat dan Deza sekalipun, tapi jawaban mereka tetap sama.

"Gue nggak tahu."

"Dia juga nggak kabarin gue."

Kurang lebih itu yang mereka katakan. Mereka dengan segenap upaya berusaha menutupi semua kebenaran yang Anara tidak ketahui.

Anara juga sudah mengirim pesan. Terhitung puluhan pesan yang sudah dia kirim, tapi pesannya itu tidak kunjung mendapat balasan. Ini bukan tentang Anara yang terlalu berharap, melainkan pesan terakhir yang Arzio kirimkan di hari Senin.


Arzio
| Doain gue ya Ra
Senin, 19.37

Entah apa maksudnya. Yang jelas saat Anara membaca pesan itu pikirannya sama sekali tidak bisa berpikir jernih. Tepat beberapa saat setelah dia membaca pesan itu nomor Arzio sudah tidak aktif. Panggilan telepon pun tidak dijawab olehnya.

Ya, memang benar Anara tidak memiliki hubungan se-khusus itu dengan Arzio. Hanya saja dia merasa kalau hubungan persahabatan ini sudah sangat layak untuk saling memberi kabar satu sama lain. Bahkan sangat layak, begitu pikirnya.

Anara mendongak, menatap sendu langit yang mulai mengabu. Terlihat segumpalan awan mendung di atas sana. Ah sial, bahkan di saat mendung seperti ini memorinya kembali mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu.

Tepatnya ketika Arzio datang sambil menudungkan jas hujan di atas kepalanya agar dia tidak kebasahan. Rasa rindunya semakin memberontak. Anara benar-benar merindukan senyum dan guyonan cowok itu.

Ya Tuhan, kemana Arzio? Tolong beri Anara secuil jawaban atas segala keresahan yang meraung di dalam benaknya ini. Paling tidak biarkan Anara melihat status online di kontak cowok itu.

ARZIO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang