"𝑨𝒏𝒅𝒂𝒊 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒕𝒖𝒂𝒔𝒊 𝒊𝒕𝒖."
: ft. Jeno
Bercerita tentang Arzio dan waktu yang selalu menempatkan dia di posisi yang salah. Menyisakan penyesalan yang tidak berujung ta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hari ini biarkan mereka merancang serapih mungkin rencana untuk masa depan, selebihnya biarkan Tuhan yang mengatur."
- Arzio bab 42 -
Hari berganti hari setelah seminggu penuh Arzio meminta izin tidak bersekolah akhirnya dia kembali. Kehadirannya langsung disambut meriah oleh seluruh teman sekelasnya. Tidak terkecuali oleh Marvelo dan kedua sahabatnya. Mereka bersorak ria setelah menarik party popper yang sengaja mereka beli.
Semua orang tampak bergeming melihat hal itu. Entah karena belum terbiasa atau memang benar terlihat aneh, semua teman sekelas mereka merasa canggung dengan situasi ini. Mengingat perang dingin yang selama dua tahun terjadi di antara Marvelo dan Arzio. Apalagi jika mengingat kejadian yang sudah berlalu di saat Marvelo sangat membenci orang yang bernisial A.
"Welcome back bro!" Marvelo merangkul Arzio.
"Hampers buat gue nggak lo sedian Vel?" tanya Arzio nyeleneh membuat Marvelo terbelalak.
"Yeu ... masih untung disiapin confetti party popperbiar kayak orang luar. Masih minta hampers lagi lo!" cibir Arga.
Arzio tersenyum kikuk seraya meggaruk pelipisnya yang tidak gatal. "Nggak salah kan ya gue?"
"Ya emang nggak salah, cuma kesannya nggak tau diri aja. You know?" Arga berdecak.
"I don't have a hampers, but i have a—"
"Indonesian please," sela Jermi penuh penekanan. Dia merasa dongkol mendengar Marvelo berbicara bahasa Inggris. Bukannya Jermi tidak mengerti, hanya saja otaknya sedang dalam mode malas menerjemahkan.
Arga menepuk-nepuk pundak Jermi. Dia berterima kasih sekali karena Jermi mau bersuara terlebih dahulu.
"Thanks brader."
"Oke sorry. Sebenarnya gue pengin kasih tau ini dari hari Sabtu, tapi karena takut ngeganggu jadi mungkin ada baiknya gue omongin sekarang aja."
Hendra berdecih. "Vel nggak usah spik-spik kali, biasanya juga lo langsung ngegasto the point," cibirnya. Marvelo berdecak sebal. Dia merasa serba salah kalau begini jadinya.
"Oke, jadi bokap gue udah reservasi glamping buat liburan sama teman perusahaannya."
"But suddenly, perusahaan bokap gue punya jadwal lain di hari itu. Dan ternyata reservasi ini tu nggak bisa kasih uang kembali, daripada uangnya lenyap gitu aja akhirnya bokap lempar reservasi glamping itu ke gue buat liburan," beritahu Marvelo menjelaskan se-detail mungkin.