"𝑨𝒏𝒅𝒂𝒊 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒕𝒖𝒂𝒔𝒊 𝒊𝒕𝒖."
: ft. Jeno
Bercerita tentang Arzio dan waktu yang selalu menempatkan dia di posisi yang salah. Menyisakan penyesalan yang tidak berujung ta...
Listen now : Belum siap kehilangan - Steven Pasaribu
Lagunya pas banget :)
Happy Reading (⌒o⌒)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tidak ada penyesalan yang bisa mengubah masa lalu."
- Extra Chapter Arzio -
Hari itu, ketika nabastala tidak lagi memberikan kesempatan, ketika waktu tidak lagi memberikan perpanjangan, dan ketika takdir sudah menentukan, penyeselan dengan sangat terlambat datang membelenggu jiwa raga mereka yang ditinggalkan.
Masih terasa jelas pilu membiru duka yang menyelimuti rumah ini. Ruangan keluarga yang semula terasa sangat hangat kini berubah menjadi sepi nan dingin. Tidak ada canda tawa yang terdengar dan tidak ada kenyamanan yang tercipta.
Ardanto menatap sendu foto pernikahannya dengan Delina yang sudah sangat berdebu. Wanita itu tampak sangat cantik dengan balutan kebaya putih disertai dengan senyuman yang indah. Samar-samar dia tersenyum, matanya berkaca-kaca menahan tangis.
Pria itu kembali mengingat kesalahan tragisnya. Harusnya dia bisa berpegang teguh pada pendirian untuk tidak terbuai, harusnya dia pulang ke rumah tanpa harus menuruti permintaan Vira--selingkuhannya. Harusnya..., ah sudahlah semua sudah terlambat.
Kini tinggalah penyesalan tidak berujung yang selamanya akan membekas dalam hidupnya.
Dalam setiap kejapan matanya air mata itu terus saja jatuh. Sejujurnya Ardanto tidak ingin kisah ini usai.
Sesaat dia terdiam. Membiarkan pikirannya berkelana ke beberapa tahun ke belakang. Seketika dia menyadari kalau selama ini tidak begitu banyak kenangan indah yang sudah tercipta, yang ada hanya luka dan kegelapan akibat sikap tempramentalnya.
"Maafin saya karena sudah merusak kepercayaan kamu, maafin saya karena nggak bisa tepatin janji buat selalu ada di samping kamu. Maaf..." Ardanto berucap lirih.
"Terima kasih karena sudah membesarkan Arzio dan Deza dengan sangat baik," ucapnya lagi.
"Terima kasih karena kamu sudah melahirkan dua putra hebat di keluarga ini. Terima kasih ..., untuk semuanya Delina."
Ardanto menarik napas dalam sebelum pada akhirnya kembali berujar. "Saya bersumpah, dulu dan sekarang ..., nggak ada satu detik pun rasa sayang saya ke kamu hilang hanya karena wanita lain."
"Kamu udah bahagia kan disana? Arzio udah ada di samping kamu kan, Del? Putra saya yang hebat itu sudah nggak kesakitan kan?"
"Sampai detik ini saya masih ingat jelas senyum di wajahnya pas pertama kali saya izinkan dia buat berlibur. Senyumnya cerah banget Del. Bahkan di matanya nggak ada satupun rasa sakit yang dia rasa."