"𝑨𝒏𝒅𝒂𝒊 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒕𝒖𝒂𝒔𝒊 𝒊𝒕𝒖."
: ft. Jeno
Bercerita tentang Arzio dan waktu yang selalu menempatkan dia di posisi yang salah. Menyisakan penyesalan yang tidak berujung ta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Harus dengan cara apa lagi agar rasa lelah ini hilang? Dipaksa buat tersenyum pun sudah tidak bisa."
- Arzio bab 49 -
Terdengar alunan musik yang dihasilkan dari petikan gitar dilengkapi dengan suara merdu yang Azril nyanyikan bersama Arga. Nada-nada yang dihasilkan sungguh sangat menenangkan bagi para penikmatnya. Sementara Arzio hanya mengiringi lagu dengan gitarnya.
Kamu langit favoritku Mungkin tak s'lalu biru (s'lalu biru~) Namun, bersamamu, langitku tak lagi sendu
Namun, bersamamu, langitku Sejauh inilah dirimu Langit favoritku
Pada bait terakhir Arga dan Azril bernyanyi bersama sebagai penutup. Dua orang remaja itu saling menatap. Guratan senyum terlukis dengan indah di wajah mereka. Terbesit rasa puas penuh kebahagiaan setiap kali mereka melakukan duet.
Arzio meletakkan gitar kesayangannya di sofa dengan sangat hati-hati. Wajahnya tampak sangat bahagia. Tidak ada guratan kesedihan yang terpatri. Hanya ..., seulas senyum tulus yang membuat matanya melengkung seperti bulan sabit.
Sudah sejak satu jam yang lalu, tepatnya setelah Arga dan Azril menumpah ruahkan perasaan sedihnya kepada Arzio. Memberikan banyak sekali kalimat penyemangat untuknya.
Arzio menatap ke arah sahabatnya yang duduk di sofa berhadapan dengannya. Lengkungan di kedua sudut bibirnya luntur—berubah menjadi datar dan serius.
"Sebenarnya gue punya maksud lain ajak lo berdua latihan. Ada sesuatu yang mau gue omongin." Arzio membuka topik pembicaraan. Arga dan Azril hanya diam, menunggu kelanjutannya.
Arzio menarik napas dalam sebelum pada akhirnya kembali berujar.
"Gue mau batalin beberapa janji yang waktu itu dibuat."
Kening Arga dan Azril mengerut. Mengapa tiba-tiba?
Arzio melirik ke arah Arga. "Ga, lo masih ada kertasnya kan?" tanyanya.
Kertas yang dimaksud di sini adalah kertas perjanjian yang sempat mereka tanda tangani dengan stempel bergambar abal-abal yang dibeli di tukang keliling dekat sekolah Dasar dekat rumah Arga.
Azril merubah posisi duduknya menjadi bersandar pada penyangga sofa. "Kenapa tiba-tiba?" tanyanya terkesan dingin, tapi tajam.