Bab 15 - Tidak Dihargai Lagi

1K 87 9
                                    

Hai kamu, besok yang PTS atau PAS semangat ya (⌒o⌒)

⚠️Harsh Words⚠️


Happy Reading

"Tidak ada orang yang benar-benar menghargai usaha mu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak ada orang yang benar-benar menghargai usaha mu. Jangan terlalu berharap kepada manusia, karena sejatinya sikap manusia itu munafik dan ingkar."

- ARZIO BAB 15 -

"Minggir, minggir, minggir! Minggir woi!"

Terlihat seorang laki-laki berlarian di tengah keramaian koridor, menyalip satu persatu siapa saja yang menghalangi jalan di depannya. Dia berlari secepat mungkin dengan raut wajah yang tampak sangat gembira.

Dia memegang secarik kertas hasil ulangan harian yang baru saja dibagikan di sebela tangan kanannya. Sementara di tangan sebelah kirinya memegang jaket kulit yang sering kali dipakai.

Marvelo. Cowok itu tampak sangat bergembira ketika mendapatkan lembaran hasil ulangan hariannya. Tinta merah di pojok kanan atas yang bertuliskan angka sembilan itu membuat dia merasa bangga. Bahkan nilainya itu jauh di bawah Arzio yang hanya mendapat angka delapan.


Hal ini tentu saja membuat Marvelo ingin bergegas menunjukkan hasil ulangan itu kepada Sebastian--Papanya sebagai bukti kalau dia juga bisa seperti orang lain.

"Lihat Pa, anak yang selama ini Papa jarang banggain sekarang dapet nilai ulangan sembilan puluh Pa! Nilai yang jauh lebih besar dari orang yang selalu Papa bandingin." Marvelo bergumam dalam hati.

Setibanya di parkiran Marvelo memasukkan kertas ulangan itu ke dalam kantong yang ada di balik jaket kulitnya. Buru-buru dia memakai helm. Sangking bersemangatnya Marvelo sampai tidak mendengar pekikan sahabatnya yanh terus memanggil.

"Velo, woi! Katanya lo mau main dulu ke rumah gue!" pekik Hendra memanggil Marvelo.

"Pel, Pelo! Anterin gue ih, gue nggak bawa mobil!"
Sonya ikut berteriak nyaring dari belakang memanggil Marvelo.


Hendra dan Adlan terkejut melihat presensi Sonya yang entah sejak kapan sudah ada di belakang mereka.

Tidak ada jawaban dari sang empu, bahkan Marvelo sudah bersiap menancap gas. Fokus dan pikirannya hanya tertuju kepada Papa.

Hatinya semakin tidak sabar saat dia membayangkan elusan halus yang diberikan Papanya nanti. Ah membayangkannya saja sudah membuat jantung Marvelo berdegup tidak karuan.

ARZIO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang