Bab 55 - Satu Hari Di Penghujung

1.7K 101 6
                                    


⚠️ Parti ini agak panjang dan...⚠️

Happy reading (⌒o⌒)

"Karena menyambut kedatangan jauh lebih baik daripada harus merelakan kepergian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena menyambut kedatangan jauh lebih baik daripada harus merelakan kepergian."

- Arzio bab 55 -

Deru ombak terdengar syahdu di indra pendengaran menyatu dalam sepoian angin yang bertiup menerpa kulit wajah. Cahaya mentari bersinar terik memancar ke bumantara. Biru zamrud membentang sepanjang mata memandang. Aroma khas pantai menyeruak ke hidung.

Manik hitam Arzio menyipit ketika melihat semua temannya beramai-ramai menarik Anara menuju garis perbatasan antara laut dengan darat. Gadis itu terlihat meminta tolong kepada Arzio. Namun, yang diteraiki hanya tertawa.

Tak lama berselang Arzio melihat target kejahilan Arga berubah. Dari Anara menjadi Deza. Arga terlihat berbisik kepada Chendra dan Azril. Detik kemudian mereka beramai-ramai menggotong tubuh Deza memasuki perairan.

Deza memberontak sebisanya sambil berteriak, kaki cowok itu mengibas di udara. Dan

Bruk!

Tubuh Deza jatuh terlungkup di atas pasir putih-hampir terkena ombak pantai, kalau saja dia tidak langsung berlari. Tidak terima dikerjai, Deza langsung mengejar Arga-si biang keladi.

Jermi masih setia bermain pada benda favorit berwarna hitam itu. Memotret teman-temannya yang berlarian kesana-kemari. Lensanya memfokuskan semua objek dan subjek yang ada di sekitarnya.

"Vel."

Arzio memanggil Marvelo yang melewatinya. Seketika Marvelo berhenti melangkah seraya menoleh ke belakang.

"What happen?"

"Gue mau ngobrol sama lo."

"Soal?"

"Ruang kosong yang belum sempet gue isi." Marvelo mengernyit bingung. Meskipun begitu kakinya tetap melangkah ke arah Arzio.

Arzio merangkul pundak Marvelo sambil tersenyum menatap pantai. Marvelo melirik menoleh menatap Arzio hatinya menghangat ikut merasa senang ketika melihat gurat kebahagiaan di wajah temannya itu.

"Hari ini lo apa kabar?" tanya Arzio membuka topik.

"Ha? Oh-i'm good," balasnya kikuk.

"Enak ya jadi sehat?" Arzio bertanya lirih.

"Enak ... banget. Lo bisa makan ini-itu, bisa lari kesana-kemari tanpa harus rasain sakit," jawab Marvelo blak-blakkan.

"Iri kan lo liat kita sehat? Makanya sembuh biar sehat lagi," tandas cowok itu seenak jidat. Arzio hanya tersenyum getir. Bibirnya terasa kelu.

Hati Arzio mencelos seketika. Hatinya merasa perih seolah ditusuk oleh belati tajam. Dia tertunduk dalam sambil memainkan pasir di kakinya. Ucapan Marvelo itu berhasil membuat mentalnya jatuh.

ARZIO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang