"𝑨𝒏𝒅𝒂𝒊 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒕𝒖𝒂𝒔𝒊 𝒊𝒕𝒖."
: ft. Jeno
Bercerita tentang Arzio dan waktu yang selalu menempatkan dia di posisi yang salah. Menyisakan penyesalan yang tidak berujung ta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dipaksa kuat oleh keadaan yang semakin rumit dan menyakitkan."
- Arzio bab 43 -
Ketika angan yang memegang asa tidak lagi menjadi titik tumpu penyemangat kehidupan. Raga yang tidak sekokoh dulu kini hampir kehilangan seluruh jiwanya. Layaknya sebuah garis fatamorgana yang horizontal, Arzio merasa kalau takdirnya memang selalu datar dan menyedihkan.
Lelaki yang selalu menanggung semuanya seorang diri, lelaki yang selalu tersenyum kepada orang terdekatnya, lelaki yang selalu merasa tidak enakan dengan orang ini pada kenyataannya hanyalah manusia rapuh.
Melarikan diri dari banyak orang adalah hal yang paling handal Arzio lakukan. Seperti saat ini, ketika perutnya merasakan sakit yang teramat, dengan dada yang kian menyesak itu, Arzio beralasan pergi ke uks oleh Pak Aji dan juga sahabatnya. Padahal dia sama sekali tidak ada niatan untuk ke sana.
Arzio tidak mau terus-terusan melanggar janji. Ya, janji yang dua tahun lalu dia tetapkan oleh kedua sahabatnya agar menjauhi ruangan uks dan bisa lulus dengan damai.
Arzio melangkah di tengah koridor yang sepi. Langkahnya sangat gontai dan sering kali lunglai ke samping seperti orang mabuk. Wajahnya sudah sangat pucat dengan peluh yang membasahi.
Arzio bersandar pada salah satu pilar. Tangannya meremat kuat sisi seragamnya. Mulutnya sedikit terbuka dengan mata yang terpejam erat. Tanpa Arzio sadari ada seseorang yang memerhatikannya dari kejauhan.
Dia adalah Anara. Sedari tadi Anara memerhatikan pergerakan Arzio. Hati Anara mencelos melihat Arzio meringis tertahan menahan sakit. Anara menduga pasti penyakitnya yang Arzio derita tengah merajalela di dalam tubuh cowok itu.
Gelinang air mata mulai memenuhi pelupuk matanya nya. Namun, tiba-tiba saja Anara menampilkan senyum lebar di saat Arzio menatap ke arahnya. Anara melambai. Dengan mudahnya Arzio tersenyum membalas lambaian Anara.
Tanpa mereka sadari-baik Arzio maupun Anara-dua insan itu lebih suka membohongi diri satu sama lain. Dua raga yang saling menutupi luka dengan senyum penuh kebohongan. Jarak yang semestinya diisi oleh ketulusan hati kini sudah dipenuhi oleh kebohongan diri.
Dengan gontai Anara melangkah mendekati Arzio. Debaran di jantungnya kian bergemuruh. Kali ini bukan karena dia salah tingkah, melainkan karena rasa takut yang menggerogoti jiwanya.
Langkah Anara berhenti tepat di hadapan Arzio. Wajah gadis itu sedikit mendongak. Air matanya hampir saja jatuh meluruh. Dia tidak tega melihat Arzio menahan sakit seperti ini.
"Olahraganya udah selesai?" Arzio hanya mengangguk pelan.
Lo terlalu hebat menyakiti diri sendiri Ar Anara membatin pilu.