Bab 36 - Maaf

1.5K 104 3
                                        

Happy Reading (•ω•)

⚠️Harsh Words⚠️

"𝐴𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑎𝑝 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑙𝑜 𝑚𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎 𝑑𝑢𝑛𝑖𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑘𝑑𝑖𝑟 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑙𝑎𝑔𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"𝐴𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑎𝑝 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑙𝑜 𝑚𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎 𝑑𝑢𝑛𝑖𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑘𝑑𝑖𝑟 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑙𝑎𝑔𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘. 𝑀𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎 𝑙𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑎𝑘 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖. 𝑁𝑔𝑔𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑎𝑦𝑎? 𝐺𝑢𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ𝑛𝑦𝑎."

- Arzio bab 36 -

Suara sesegukan masih jelas terdengar menggema di ruangan ini. Beberapa saat yang lalu mereka mendengar penjelasan Arzio.

Baik Delina maupun Deza, mereka merasa sesak mendengarnya. Hati mereka seolah ditumbuk oleh palu besar yang menghancurkan seluruh isinya. Terlebih ketika mereka melihat wajah pucat Arzio yang sempat memamerkan senyum.

Banyak tisu yang berserakan di atas meja. Air mata terus saja mengalir membasahi kulit pipi perempuan paruh baya itu.

Netranya terfokus menatap nanar beberapa botol kapsul yang tersisa sedikit-hampir habis. Delina tidak menyangka Arzio harus menelan banyak butir obat dalam satu tenggak.

"Besok setelah ulangan kita ke rumah sakit ya, Mama antar berobat sekalian konsultasi sama dokter," rujuk Delina seraya mengelus lembut wajah Arzio.

"Ma, Arzio nggak mau."

"Kali ini aja, Mama mohon. Kalau kamu nggak mau itu berarti sama aja kamu nggak menghargai Mama," tandas Delina seraya menekankan kalimat terakhirnya.

"Bukannya begitu, tapi-" Arzio menjeda sejenak kalimatnya.

"Arzio beneran nggak mau. Hemo mahal, kalau semisal seminggu harus dilakuin dua kali ada berapa banyak biaya yang harus dikeluarin?" imbuhnya.

"Kamu nggak perlu pikirin itu, Mama pasti akan kasih biayanya."

"Dengan cara mama kerja lagi?" Arzio menggeleng. "Mama itu butuh banyak istirahat. Apalagi baru beberapa minggu yang lalu Mama sembuh," pungkasnya.

Lihatlah. Bagaimana bisa Arzio mengatakan hal itu? Padahal disini dia lah yang seharusnya istirahat banyak.

Saat Arzio hendak berbicara lagi, tiba-tiba saja dia merasa sesak disertai rasa mual dan keram di perut. Arzio tertunduk dalam, keningnya mengerut reflek menggigit pelan bibir bagian bawahnya.

Pliss jangan dulu, gue masih ada urusan sama Mama. Gue mohon. Arzio memohon dalam hati.

Namun sayang tubuhnya tidak bisa diajak bekerja sama. Dadanya semakin terasa sesak bukan main.

ARZIO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang