"𝑨𝒏𝒅𝒂𝒊 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒕𝒖𝒂𝒔𝒊 𝒊𝒕𝒖."
: ft. Jeno
Bercerita tentang Arzio dan waktu yang selalu menempatkan dia di posisi yang salah. Menyisakan penyesalan yang tidak berujung ta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bagaimana caranya aku bisa dewasa kalau dunia ku saja masih terjerembab di kegelapan."
— Arzio bab 27 —
Sang surya secara perlahan mulai menampakkan diri di ufuk timur. Kicauan burung yang berterbangan di angkasa terdengar syahdu bagi peminatnya. Diiringi dengan suara ayam yang berkokok. Aroma embun pagi terasa sangat menenangkan.
Gerbang sekolah dibuka seluas mungkin untuk menyambut kedatangan para murid yang ingin menuntut ilmu. Banyak mobil-mobil mewah yang berbaris untuk menurunkan para murid yang pada umumnya dari kalangan atas. Motor sport hitam mengkilat pun sudah berbaris rapi di parkiran.
Terlihat tiga orang remaja yang berjalan beriringan. A3, Arzio, Arga, dan Azril.
Dengan santai Arzio melangkah seolah tidak pernah terjadi apa-apa dengan tubuhnya. Sementara Arga dan Azril terus saja memerhatikan cara jalan Arzio seolah tengah mengawasi bayi yang baru bisa jalan. Tatapan mereka terus tertuju kepada Arzio.
Dalam pikiran Arzio terlintas ide jahil untuk mengerjai dua sahabatnya. Dengan sengaja dia pura-pura oleng ke samping.
"Kan gue bilang juga apa, harusnya lo nggak usah sekolah dulu," omel Azril menahan tubuh Arzio.
Tawa Arzio mengudara dengan nyaring. "Hahahaha... lo berdua ketahuan banget posesif nya dih," kelakar cowok itu. Arga menggeleng melihat kelakuan Arzio.
"Sahabat lo itu kepala batu banget, Zril heran gue. Dibilang nggak usah masuk malah masuk," celetuk Arga di sebelah Azril sambil menjilat es krim coklat di tangannya.
"Mungkin dia lagi mau ngerasain yang namanya ngebujuk malaikat maut," sahut Azril langsung mendapatkan pelototan dari Arzio dan Arga.
"Go-go apa? Gojril? GOOJRILL?" pekik Azril tidak percaya namanya dirubah.
Dengan santai Arga mengangguk. "Hm.. pelesetan dari nama Azril, keren kan?"
"WHAT?"
"Kenapa? orang bagus kok, Go-jril."
"Gue geplak lo sekali lagi sebut nama gue kayak gitu," Azril mengancam dengan tangan yang terkepal di depan wajah Arga.
"Terus nama panggilan gue apa?" Arzio menyambar. Dia merasa cemburu disaat Arga memberikan nama panggilan lain untuk Azrilm sementara dirinya tidak ada.
Arga dan Azril menoleh secara bersamaan.
"Nah loh Arzio ngambek kan, parah. Sabar ya, Ar." Azril mengusap punggung Arzio memberikan semangat.