"𝑨𝒏𝒅𝒂𝒊 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒕𝒖𝒂𝒔𝒊 𝒊𝒕𝒖."
: ft. Jeno
Bercerita tentang Arzio dan waktu yang selalu menempatkan dia di posisi yang salah. Menyisakan penyesalan yang tidak berujung ta...
Hai!! Sebelum lanjut baca dulu ya note di bawah ☺︎︎ Makasiiiihh ....
Note :
1. Silakan ralat dan kasih tau aku (bisa lewat komentar ataupun messsage di Wattpad) apabila ada salah kalimat atau salah penalaran mengenai penyampaian di scene RS. 2. Kalimat yang di garis miring itu kilas balik atau dialog yang diucapkan di hati.
⚠️Harsh Word+Crime Scence⚠️
Happy reading༼ つ ◕◡◕ ༽つ
______________
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tolong jangan tanya apapun, cukup peluk saja raga yang rapuh ini."
- Arzio bab 31 -
Gradasi oranye membentang luas di langit sore, perlahan sang surya mulai mengumpat di ufuk barat bersiap untuk berganti tugas dengan sang rembulan. Sekelompok burung berterbangan di bumantara dengan bebas kesana-kemari mencari sangkar untuk tempat istirahat mereka.
Hari ini senja tampak jauh lebih indah namun ternyata keindahaan senja yang sering sekali menarik perhatian Arzio tidak mampu membuat cowok itu berkutik dan beranjak dari dalam mobil. Sudah hampir sepuluh menit Arzio duduk termenung di dalam mobil menatap kosong para suster dan pengunjung rumah sakit yang berlalu lalang di depan sana.
Di sebelah Arzio terdapat Jermi yang juga tengah melamun, entah apa yang dia pikirkan. Alunan melodi piano yang diputar di dalam mobil membuat mereka semakin larut dalam lamunan masing-masing.
"Pasti cuma luka memar biasa, Ar tenang aja. Lo nggak perlu setakut ini!"
Berulang kali Arzio berucap dalam hati, berusaha untuk menenangkan rasa ketakutan yang memenuhi hatinya. Meyakinkan diri sendiri kalau semuanya akan baik-baik saja, tidak perlu merasa takut. Ini adalah satu-satunya cara yang sering Arzio gunakan untuk mengusir rasa cemas.
Detik kemudian dia menghela napas panjang untuk kemudian beranjak dari dalam mobil. Dia tidak boleh membuang waktu, sebab setelah waktu Magrib berlalu Arzio harus melakukan pekerjaan paruh waktu. Dia sudah terlalu sering meminta izin dengan Bang Eza—atasannya.
Jermi ikut beranjak dari mobil. Pemuda dengan hoodie berwarna mint itu menyamakan langkahnya dengan Arzio.
"Jer, kata lo gue sakit parah atau nggak?" tanya Arzio.
"Lo mau dengar jawaban gue yang kayak gimana?" Jermi balik bertanya.
"Ar, kalaupun lo sakit parah pasti bisa disembuhin. Jangan terlalu memikirkan sesuatu yang nggak penting," jawab Jermi dengan cuek namun, tersirat makna di dalamnya.