Bab 24 - Dunianya Semakin Jatuh

1.1K 81 9
                                    

Welcome back :)

⚠️ Harsh Word ⚠️

🍒 Happy Reading 🍒

"Pingin banget rasanya istirahat dengan tenang, tapi Allah belum suruh gue pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pingin banget rasanya istirahat dengan tenang, tapi Allah belum suruh gue pulang."

Arzio bab 24


Prriittt....

Suara tiupan pluit dengan nyaring menguar di pendengaran semua murid yang saat itu tengah berlari menglilingi lapangan. Sontak mereka yang tengah berlari berhenti. Atensi murid kelas X IPS 1 langsung teralihkan ke arah guru olahraga.

Peluh keringat sudah mulai merembas membasahi seragam olahraga hingga wajah mereka.  Terdengar lolosan suara helaan deru napas tidak beraturan. Dengan gontai mereka melangkah menghampiri sang guru yang berdiri di depan tiang bendera. 

"Pertemuan kali ini saya akhiri satu jam lebih cepat dari waktu biasanya dikarenakan saya ada rapat penting mengenai o2sn di luar sekolah. Minggu depan saya akan mengadakan ulangan harian mengenai materi sepak bola, sekaligus mengambil nilai."

"Itu saja pesan dari saya, mohon maaf apabila ada salah kata dalam penyampian ataupun ucapan yang sekiranya menyinggung. Sampai jumpa dipertemuan selanjutnya."

"Terima kasih Pak!!" semua murid dengan kompak menyahuti. Mereka pun langsung memencar. 

Deza menepi ke sisi lapangan dan langsung merebahkan diri. Napasnya masih tersengal-sengal akibat bersaing adu kecepatan dengan Chendra.  Sementara Chendra sendiri  duduk berselonjor di sebelah Deza.

Pagi ini angkasa tampak sangat cerah dengan kilauan sinar mentari pagi yang menghangatkan tubuh. Tidak terlalu terik seperti biasanya. Deza menatap luas angkasa yang membentang. Netranya melihat sebuah pesawat yang terbang di langit.

"Dra, kira-kira pesawat itu bisa terbang sampai ketinggian lima puluh ribu kaki nggak ya?" Deza bertanya dengan spontan kepada Chendra.

Chendra menengadah—menatap langit—mengikuti arah pandang Deza yang menatap pesawat. 

"Nggak bisa lah, di ketinggian segitu yang ada lo kehabisan oksigen dodol," jawab Chendra.

Cowok itu lantas menatap Deza untuk kemudian bertanya, "tumben lo tanya tentang pesawat. Lo mau jadi pilot?"

Deza menggeleng singkat.  "Cuma penasaran aja, di ketinggian segitu ada apa aja ya di sana? Masa iya cuma awan doang?" 

"Ya terus lo mau liat apa lagi di sana? Mau liat alien? Mana ada alien di ketinggian segitu Za."

"Lo percaya nggak si Dra kalau di luar angkasa itu ada kehidupan lain? Misalnya di Mars?  Atau di Neptunus gitu?"

Chendra menghela napas panjang. Dia bingung harus menjawab apa. Pasalnya Deza yang saat ini dalam mode penasaran tidak akan ada habisnya akan bertanya. Apalagi kalau sudah membahas tentang luar angkasa. Cowok itu akan menanyakan apapun yang terlintas di dalam pikirannya.

ARZIO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang