Happy Reading (⌒o⌒)
"Ada kalanya kita menerima kenyataan dengan cara saling memaafkan."
— Arzio bab 38 —
Deza menatap sendu perempuan mungil yang kini tengah duduk bersimpuh di sebelah makam mamanya. Ucapan Chendra tadi pagi membuat hatinya terenyuh. Dia tidak tahu kalau ternyata Ivi telah lama hidup penuh tekanan setelah kepergian sang mama.
Tadi pagi entah kerasukan apa, tiba-tiba saja Chendra bercerita tentang Ivi. Cowok itu sudah lama mengenal gadis polos yang bernama Ivi. Bahkan latar belakang kehidupannya pun Chendra tahu, sebab dia pernah mendengar gosip dari sekumpulan para pembantu yang tengah berbelanja.
Perempuan itu memiliki trauma berat hingga membuat cara berpikirnya sedikit berbeda. Ivi masih terperangkap dengan kenangan masa kecilnya bersama sang mama. Hal inilah yang membuat Ivi terlihat seperti anak kecil.
Dia juga tidak menyangka kalau kehidupan Ivi ternyata jauh lebih menyakitkan. Ditinggal ayahnya setelah diperlakukan buruk dan hampir dilecehkan kalau saja kakaknya tidak datang tepat waktu. Dan kini gadis itu tinggal sendiri di sebuah apartemen mewah tanpa ditemani satupun anggota keluarganya.
Chendra juga mengatakan kalau kakak Ivi memilih untuk tinggal secara terpisah. Meskipun begitu Ivi masih sangat membanggakan kehadiran sang Kakak yang memberikan secuil nilai kehidupan.
"Assalamualaikum Bunda, Ivi datang. Maaf ya Ivi baru datang kesini lagi. Bunda lihat kan sekarang Ivi bukan datang sama Kakak." Ivi mengusap batu nisan itu dengan lembut.
"Dia namanya Deza temannya Ivi sama Ipi. Bunda seneng nggak lihat Ivi sama teman baru?" ucapnya lagi sambil menatap sendu gundukan rumput sambil menaburi bunga.
"Hm ... Bunda nggak boleh berpikiran buruk tentang Deza. Deza cowok baik kok, buktinya dia mau jadi teman Ivi, terus Deza juga mau temenin Ivi kesini."
"Kalau Kakak? Kakak keadaannya sehat kok. Dia juga sering beliin Ivi hadiah. Ivi nggak bohong kali ini! Kemarin Kakak kirim Ivi boneka beruang baru yang warna putih. Seneng banget hehehe." Ivi bercerita sendiri.
Deza masih senantiasa diam mendengarkan semua perkataan Ivi. Biarkan saja gadis itu mencurahkan segala ceritanya kepada sang Mama, meskipun hal tidak mendapat balas.
Hingga selang beberapa menit kemudian Deza melihat buliran kristal menetes dari pelupuk mata gadis itu.
"Ivi harus tunggu berapa lama lagi biar bisa lihat Bunda? Ivi kangen sama Bunda."
"Ivi mau makan masakan Bunda lagi." Ivi menangis tersedu.
Deza menepuk pelan pundak Ivi, memberikan sedikit ketegaran untuk gadis itu.
"Jangan nangis, nanti Bunda lo sedih di sana," ujar Deza.
"Oh iya Ivi lupa. Untung aja Deza ingetin," kata Ivi. Dengan cepat dia mengusap derai air mata yang membasahi kulit pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZIO [SELESAI]
Teen Fiction"𝑨𝒏𝒅𝒂𝒊 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒕𝒖𝒂𝒔𝒊 𝒊𝒕𝒖." : ft. Jeno Bercerita tentang Arzio dan waktu yang selalu menempatkan dia di posisi yang salah. Menyisakan penyesalan yang tidak berujung ta...