🎶 Before You Go - Lewis Capaldi 🎶
Happy Reading ʕ•ε•ʔ
"Kali ini izinkan mereka menyalahkan keadaan yang terlalu bersemangat menghancurkan kehidupan mereka."
- Arzio bab 51 -
Manik hitam Arzio berkedip pelan untuk menyesuaikan cahaya lampu yang menelisik. Netranya melirik ke seluruh ruangan yang tampak sangat sepi. Arzio mengusap wajahnya. Menit kemudian cowok itu berusaha untuk merubah posisi rebahnya menjadi duduk seraya memegangi perutnya yang masih terasa nyeri.
Arzio bersandar pada penyangga kasur. Wajahnya tampak sangat sedih saat menyadari bahwa ada separuh dari bagian hidupnya yang telah hilang. Matanya terpejam beriringan dengan cairan bening yang meluruh dari pelupuk matanya.
Dalam benaknya terlintas banyak kenangan indah yang telah dilalui bersama sang Mama. Mengingat kembali memori-memori yang sempat dia lupakan. Tak jarang memori masa kecilnya itu melintas di dalam ingatannya.
"Ini Mama, ini Papa, yang digendong itu nanti adek bayi, yang digendong Papa itu Arzio!" Arzio kecil menunjukkan hasil gambarnya.
Delina semringah, wanita itu mengacak puncak kepala Arzio dengan gemas.
"Wah bagus banget! Nanti kalau adek udah lahir harus ditunjukkin ya..." Arzio mengangguk semangat.
"Adek harus lihat pokoknya!" sahut Arzio bersemangat
"Mama Abang nakal!" adu Deza kecil saat tiba-tiba saja Arzio mencolekkan krim kue ke hidungnya. Detik itu juga tawa Arzio pecah, menertawakan wajah Deza yang terlihat cemong.
"Abang ih Deza kaget tau!" Arzio mengujulurkan lidahnya meledek Deza setelah mengejutkan adiknya yang tengah berbicara sendiri.
Arzio menghela napas berat. Perasannya hari ini sangat gelisah seperti ada sesuatu yang mengganjal. Wajahnya yang pucat itu tertunduk dalam.
Belum ada sepuluh menit dia tersadar, napasnya sudah kembali tercekat. Dia kesusahan untuk bernapas. Sesekali dia memukul pelan dadanya dengan harapan agar paru-parunya itu melonggar sehingga bisa memudahkan dia untuk bernapas. Namun, bukannya merasa lega Arzio justru semakin kesulitan bernapas.
Sebelah tangan Arzio meremat selimut putihnya dengan sangat erat. Saat rasa sesak itu kian menjadi, otaknya langsung memberi sinyal agar segera mencari obat. Secara perlahan Arzio bangkit sambil meraba nakas di sebelah kasur.
Langkah kakinya terasa sangat ringan dan bergoyang, kepalanya pusing. Sebisa mungkin Arzio merambat berpegangan pada tembok-tembok dingin di kamarnya. Netranya mendapati softcase gitar-tempat dia menyimpan obat-tergeletak di sudut ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZIO [SELESAI]
Teen Fiction"𝑨𝒏𝒅𝒂𝒊 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒕𝒖𝒂𝒔𝒊 𝒊𝒕𝒖." : ft. Jeno Bercerita tentang Arzio dan waktu yang selalu menempatkan dia di posisi yang salah. Menyisakan penyesalan yang tidak berujung ta...