"𝑨𝒏𝒅𝒂𝒊 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒕𝒖𝒂𝒔𝒊 𝒊𝒕𝒖."
: ft. Jeno
Bercerita tentang Arzio dan waktu yang selalu menempatkan dia di posisi yang salah. Menyisakan penyesalan yang tidak berujung ta...
Makasih yaa sudah berkenan mengenal Arzio dan semua teman-temannya
Kamu keren banget :)
Semoga endingnya nggak ngecewain 👋
Let's go
Happy reading (⌒o⌒)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kadang kala jika memang waktu memaksa takdir untuk merelakan segalanya, maka relakan dia yang akan pergi. Sudah saatnya kamu menutup buku itu."
- Arzio Bab 56 -
Semua orang berlari ke pantai saat mereka mendengar suara tangis Anara yang meraung-raung memanggil Arzio. Deza menjadi orang pertama yang paling gesit berlari keluar dari Glamping.
Langkahnya memelan saat melihat Anara yang duduk isak tangis yang sangat pilu. Perlahan Deza melihat ke arah sang Kakak yang terduduk dengan mata yang tertutup rapat. Degup jantung cowok itu berdebar dua kali lebih cepat, dan tangannya bergemetar ketakutan.
"Ar..., Arzio bangun!!" Anara mengguncang berkali-kali tubuh Arzio. Sore itu suasana pantai berubah pilu membiru diselimuti rasa takut.
Secara perlahan Marvelo mencengkram pergelangan tangan Anara menarik gadis itu agar sedikit menjauh.
"Vel, Arzio Vel! Bangunin dia!!" Anara memohon kepada Marvelo.
"Ssttt... An tenang dulu." Marvelo berusaha menenangkan Anara.
"Tenang? LO BILANG TENANG?! GIMANA CARANYA GUE-" Detik itu juga Marvelo langsung menarik Anara ke dalam pelukannya.
Dengan lembut dia mengelus puncak kepala cewek itu. "Don't worry."
Anara memberontak, berulang kali dia memukuli punggung Marvelo melampiaskan ketakutannya.
Azril dan Jermi melangkah mendekati Arzio. Secara perlahan Jermi berjongkok tepat di hadapan Arzio.
Jermi menghela napas berat, matanya terpejam sejenak sebelum pada akhirnya dia mengulurkan dua jarinya untuk kemudian menyentuh pergelangan tangan Arzio.
Semoga bukan ini akhirnya.
Semua orang menunggu jawaban dari Jermi dengan penuh harapan, tidak terkeculi Deza. Pemuda bertubuh semapai itu terus saja merapalkan berbagai doa dalam hati, berharap Arzio tidak benar-benar pergi.