HAPPY READING ≡^ˇ^≡
"Sejujurnya gue juga takut. Takut jika nanti waktu merenggut segalanya."
- Arzio bab 34 -
"Beneran kuat? Pulang aja gimana?"Berulang kali Deza bertanya sedemikian rupa yang terus saja meminta Arzio untuk pulang, atau mengajaknya ke rumah sakit. Dan berulang kali juga Arzio kekeh pada penolakan.
"Habis ini matematika, lo tau 'kan semaleman gue udah belajar? Ya kali pulang gitu aja. Lagian juga cuma dua jam," sahut Arzio menyepelekan. Arga yang mendengar itu merasa dongkol dengan sikap keras kepala Arzio.
"Justru dua jam itu yang bikin kita cemas!" omel Arga.
"Gue udah mendingan, lagian juga cuma sakit perut biasa santai aja."
"Demi Tuhan Ar sikap lo yang kayak bikin emosi gue mendidih tau nggak? Kapan si lo berubah? Nggak usah menyepelekan sesuatu yang bikin diri lo sakit." Azril berujar penuh penekanan.
Arzio menatap satu-persatu semua orang yang sedari tadi menunggunya di uks. Di kondisi seperti ini Arzio merasa sangat bersyukur. Hari ini memang penuh kekacauan, tapi hadiah yang Tuhan berikan nyatanya jauh lebih bermakna.
"Pulang aja ya? Nanti ulangannya susulan. Plis? Kalau nanti tunggu dua jam kemudian itu udah masuk jam siang, yang ada jadwal minum obat lo nggak teratur bang. Pulang aja ya? Nanti gue yang jelasin sama Mama." Deza masih berusaha membujuk Arzio agar cowok itu pulang.
Tangan Arzio terulur mengusap dagu Deza seraya tersenyum.
"Ini beneran lo 'kan Za? Maksudnya lo beneran datang dan khawatir sama gue?" tanya Arzio masih tidak menyangka. Deza mengusap punggung tangan Arzio seraya mengangguk.
"Iya ini gue bang, adek lo. Deza Fidel Erazino."
Usapan lembut itu berpindah mengusap puncak kepala Deza.
Chendra yang melihat sikap manis Arzio kepada Deza membuat cowok itu memeluk sang Kakak dari samping sambil menyandarkan kepalanya di pundak Jermi.
"Manis banget ya mereka? Gue aja nggak pernah bang lo usep-usep kepalanya kayak gitu," bisik Chendra membuat Jermi melirik sekilas.
Peka dengan apa yang Chendra katakan Jermi langsung mengusap puncak kepala Chendra hingga membuat empunya tersenyum bahagia.
"Gue jadi kangen Mama di rumah, kalau gue balik disambut nggak ya?"
"Pasti, dan akan selalu disambut." Dengan seenak jidat Chendra mengunyel pipi Jermi.
"Gue harap juga begitu."
"Ayo balik! Gue mau ke kelas. Oh iya soal celana, ini nggak ada yang punya celana lain apa? Masa iya nanti gue balik celananya banyak darah? Bisa-bisa nyokap gue pingsan di tempat." Arzio menatap nanar celana putihnya yang sudah sangat kotor.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZIO [SELESAI]
Fiksi Remaja"𝑨𝒏𝒅𝒂𝒊 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒕𝒖𝒂𝒔𝒊 𝒊𝒕𝒖." : ft. Jeno Bercerita tentang Arzio dan waktu yang selalu menempatkan dia di posisi yang salah. Menyisakan penyesalan yang tidak berujung ta...