Bab 32 - Semakin Mengkhawatirkan

1.8K 113 4
                                    

Happy Reading (⌒o⌒)

⚠️ Harsh Word ⚠️

"Pada kenyataannya rasa cemas ini selalu berhasil membuat pikiranku sangat kacau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pada kenyataannya rasa cemas ini selalu berhasil membuat pikiranku sangat kacau."

- Arzio Bab 32 -

Di bawah rerimbunan pohon yang menghalangi teriknya matahari bersinar, terlihat empat orang yang tengah duduk di atas rerumputan taman sambil menjilati es krim.

Empat orang itu tampak sangat santai dan merasa tidak bersalah sama sekali di saat semua murid tengah sibuk mondar-mandir melakukan kerja bakti membersihkan area sekolahan. Pasalnya hari Senin besok-terhitung tiga hari dari sekarang SMA Danu Wangsa akan mengadakan penilaian tengah semester ganjil.

"Kalian capek nggak si belajar mulu?" Suara Arga memecah keheningan.

Azril menghabiskan gigitan terakhir es krim sebelum pada akhirnya menjawab, "Bohong kalau gue jawab nggak. Karena pada kenyataannya yang dinamakan berjuang itu memerlukan usaha yang lebih. Kalau lo nggak merasa capek setelah berusaha itu tandanya lo kurang berusaha." Arga dengan spontan langsung mengacungkan jempol ke hadapan Azril.

"Terus gimana sama orang yang udah berusaha semaksimal mungkin sampai-sampai dia merasa lelah sama keadaan, tapi sayangnya usaha dia nggak pernah diapresiasi?" tanya Anara nadanya terdengar sendu.

"Dari awal harusnya dia nggak perlu berusaha untuk mendapatkan apresiasi." Azril terdiam sejenak.

"Singkatnya gini, dia hidup di dunia untuk diri sendiri bukan untuk orang lain. Penilaian setiap orang itu 'kan beda-beda. Kalau dia berusaha hanya untuk mendapatkan apresiasi dari orang lain, dia nggak pernah bisa mendapatkan apresiasi itu."

"Karena nilai usaha yang berhasil buat tiap orang itu berbeda, kayak yang tadi gue bilang. Bagi dia usaha itu berhasil, tapi nggak buat orang lain. Seberapa keras pun dia berusaha kalau nilai usaha keberhasilan mereka jauh lebih tinggi dari eskpektasi, dia nggak pernah bisa dapat yang namanya apresiasi dari orang lain."

Arga terkagum mendengar penuturan Azril barusan.

"Anjas!! emang dah jawaban anak satra nggak pernah mengecewakan. Selalu puitis dan bijaksana," puji Arga membuat Azril terkekeh.

Beberapa detik kemudian suasana kembali sepi. Tidak ada percakapan lagi yang mereka debatkan. Mereka sibuk menyelami pikiran masing-masing yang entah berkelana kemana. Hingga pada akhirnya sebuah notifikasi pesan masuk di ponsel Arzio berhasil mengalihkan fokus mereka.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ARZIO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang