Happy reading (•ω•)
"Orang yang paling banyak tersenyum adalah orang yang paling banyak menyimpan luka."
- Arzio bab 44 -
Angin sepoi-sepoi menerpa kulit halus Arzio. Hari ini langit tampak sangat berbahagia. Kilauan mentari berterik menerangi bumantara. Cahayanya tidak terlalu menyengat. Arzio menghirup napas panjang dengan mata yang tertutup. Sisa-sisa aroma embun yang khas masih dapat ia cium.
Sepanjang mata memandang Arzio melihat seluruh sahabatnya tengah bersiap untuk tampil di atas panggung. Banyak murid-murid berpakaian rapi dengan setelan jas dan juga kebaya sambil membawa setangkai bunga mawar.
Arga menjadi orang yang paling sibuk. Cowok itu tidak mau di penampilan yang pertama dan terakhirnya banyak terjadi kekurangan.
"Ini kerahnya benerin dong, itu juga lengan baju lo mending di lipet dah Zril, gerah gue lihat lo pakai baju kemeja panjang. Udah mana kegedean lagi," komen Arga. Arzio tertawa kecil melihatnya.
"Yaudah si maklum! Ini kan kemeja bokap gue!" sewot Azril. Arga sangat menyebalkan.
"Ya lo tau diri dikit lah, badan lo kan mungil anjir."
"Gue geplak mulut lo! Asal lo tau ya Ga, gue mungil begini setidaknya gue masih bisa ya push-up seratus kali, nggak kayak lo," cibir Azril dengan ketus.
"Ampun suhu." Arzio melangkah mendekati kedua sahabatnya. Lantas cowok itu membantu Azril melipat lengan kemeja Azril sambil tertawa.
"Bentar lagi perform dan lo berdua masih aja sibuk berantem. Perasaan gue jadi nggak tenang, ntar pas perform lo berdua rebutan bagian nyanyi lagi," gumam Arzio.
"Enak aja! Jangan sampai itu kejadian, masa iya penampilan pertama dan terakhir kita harus kacau. Amit-amit!" Arga bergidik ngeri membayangkannya. Arzio terkekeh.
"Jas lo mana Ar? Lo nggak bawa jas?" tanya Azril.
"Jas?" Arzio membeo.
Azril mengangguk cepat. "Lo nggak bawa?!"
"Mungkin." Azril menepuk jidatnya. "Astaga."
"Terus nanti gimana? Kan lo harus serah terima penghargaan."
"Udah-udah, itumah gampang Arzio bisa pakai jas gue elah." Arga melerai. Azril menghela napas jengah. Penyakit orang Jakarta sejak dulu emang pelupa.
"Pokoknya habis perform nanti kita harus ambil foto. Kapan lagi yakan pakai baju serapih ini, anjir dah. Ntar foto itu bakal gue pamerin dah ke anak gue, biar dia tau kalau bapaknya orang paling cakep sejagat raya," kata Arga.
"Iyuh..." Azril sangat jijik mendengar penuturan Arga.
"Nggak yakin si gue, palingan juga anak lo lebih milih Arzio daripada lo Ga," cibir Azril.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZIO [SELESAI]
Jugendliteratur"𝑨𝒏𝒅𝒂𝒊 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒕𝒖𝒂𝒔𝒊 𝒊𝒕𝒖." : ft. Jeno Bercerita tentang Arzio dan waktu yang selalu menempatkan dia di posisi yang salah. Menyisakan penyesalan yang tidak berujung ta...