"𝑨𝒏𝒅𝒂𝒊 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒕𝒖𝒂𝒔𝒊 𝒊𝒕𝒖."
: ft. Jeno
Bercerita tentang Arzio dan waktu yang selalu menempatkan dia di posisi yang salah. Menyisakan penyesalan yang tidak berujung ta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jangan merasa nggak enakan sama orang. Kamu itu bukan robot yang bisa terus berpenampilan kuat dan perfect."
- Arzio bab 40 -
Sepertinya langit terlalu mengerti perasaan yang tengah dirasakan keluarga Ardanto dan teman dekat Arzio. Sejak pagi dini hari langit menumpah ruahkan butiran air dengan deras tanpa permisi terlebih dahulu membasahi kota metropolitan. Petir menggelegar di luasnya langit gelap.
Saat ini waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi. Masih terlalu dini untuk mengawali hari. Semua orang yang semalaman berjaga di rumah sakit tertidur pulas di sofa, tepian brankar, bahkan hingga merebah di atas lantai beralas karpet. Wajah mereka tampak sangat lelah.
Baru setengah jam yang lalu Delina dan Ardanto pulang ke rumah untuk mengemasi pakaian Arzio. Sementara sahabat-sahabat Arzio lengkap dengan Chendra dan Marvelo masih menunggu di sana.
Deza tertidur pulas. Cowok itu baru saja tertidur satu jam yang lalu setelah melaksanakan solat Subuh. Sepanjang malam dia terjaga, memandangi wajah pucat Arzio yang semakin tirus. Manik hitam itu tampak sangat tenang dalam tidur, tidak seperti malam-malam yang telah berlalu. Deza tidak melihat kerutan di kening sang kakak atau pun peluh yang bercucuran.
Saat ini Marvelo menjadi satu-satunya orang yang bangun. Cowok yang menggunakan hoodie dengan celana training panjang serba hitam itu berdiri tidak jauh. Netranya terfokus menatap Arzio.
Semalam dia mendengar penjelasan dokter kalau Arzio sudah diberikan obat bius agar bisa beristirahat lebih lama. Kemungkinan besarnya Arzio akan bangun di pagi hari. Itulah alasan mengapa Marvelo bangun lebih awal daripada yang lain.
Detik ke detik hingga berubah menjadi menit, manik legamnya terbelalak sambil membekap mulut secara spontan saat melihat orang yang dia khawatirkan akhirnya membuka mata secara perlahan. Marvelo melangkah secara hati-hati agar tidak membangunkan yang lain.
Cowok itu menatap Arzio penuh arti. Kilauan binar di matanya menyiratkan perasaan penuh kebahagiaan. Arzio mengerjap beberapa kali untuk memfokuskan penglihatannnya yang masih memburam. Marvelo terdiam sejenak membiarkan Arzio merefleksikan dirinya terlebih dahulu.
"You okay?" Marvelo bertanya tanpa bersuara.
Sayup-sayup Arzio melihat wajah Marvelo yang tersenyum semrimgah kepadanya.
"You okay?" tanya Marvelo sekali lagi. Arzio bisa sedikit lebih jelas melihat Marvelo. Dia memahami ucapan Marvelo melalui gerakan bibir teman sekelasnya itu. Arzio mengangguk singkat.
Dengan sangat perlahan Arzio melepaskan masker oksigen yang menutupi sebagaian wajahnya. Dia merasa risi.
"Kenapa lo lepas? Pakai lagi," kata Marvelo. Arzio menghela napas sambil menggeleng.