73. Ketahuan

897 59 19
                                    

jangan lupa untuk share cerita ini ke teman-teman kalian ya 🙏

happy reading...

Luna berjalan menuju parkiran, diparkiran ia melihat teman-temannya yang sedang menunggunya. Dari arah parkiran Rani melihat Luna yang berjalan kearah mereka dengan majah yang lesuh.

"Lo kenapa Lun?" Tanya Rani.

Mata Rani kini tertuju kearah tangan Luna yang sedang memegang sebuah kertas, seperti undangan. Dengan cepat Rani langsung merebutnya.

"Lo diundang juga?" Tanya Rani, dan Luna hanya diam saja.

Kini mata mereka semua tertuju kearah Luna, Raina menggelengkan kepalanya tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Tak habis pikir dengan Raga bagaimana bisa ia mengundang Luna begitu saja tanpa tau perasaan Luna, dan yang bikin Raina tak habis pikir lagi dengan mudahnya Luna menerimanya begitu saja.

"Gila tuh orang, sengaja atau gimana? Lo juga Luna, ngapain pakai terima segala!" geram Raina pada Luna.

Luna memilih untuk diam saja, lantaran ia tau bahwa kini temannya telah marah padanya. Luna memilih untuk pulang dari pada harus mendengarkan ucapan raina yang malah semakin membuat kepalanya sakit.

"Lo gak bole-"

"Antar gue pulang," potong Luna, dan langsung menaikin motor Angga.

"Luna lo dengar gak sih gue ngomong apa? Luna!" gusar Raina tapi Luna tak menghiraukan ucapannya sama sekali.

"Raina udah, biarin aja," ucap Rani.

"Ran... akhh! tau lah pusing kepala gue," emosi Raina lalu langsung masuk kedalam mobilnya.

Brakk!

Mereka tergelunjak kaget mendengar Raina yang metutup pintu mobilnya begitu keras. Rani mengembuskan napasnya sedikit kasar setelah itu ia pergi menyusul Raina di dalam mobil dan langsung melajukan mobilnya. Lagi-lagi Haikal, Bara, dan Bayu melihat pertengkaran antara kedua sahabatnya itu.

Kini sisa tinggal mereka berlima saja. Tak ada suara mereka sama-sama diam, bingung ingin bicara apa setelah kejadian tadi.

"Gua bingung dengan jalan pikiran Raga, Ar," gumam Eza. "Gue pikir dia sadar dengan ucapan gue kemarin," sambungannya lagi.

"Percuman Za, kita juga gak bisa ngatur perasaan orang. Gue pikir kita terlalu jauh ikut campur dalam urusan percintaan orang. " ucap Argan.

Kali ini Haikal membuka suara.

"Arga, Eza," Gumam Haikal. "Gue gak tau sejauh mana Raga dekatin Luna sampai mereka berdua jadian. Gue cuman mau bilang, kasih tau Raga jangan pernah dekatin Luna lagi kalau pada akhirnya nyaktin," kata Haikal pada Argan dan Eza.

"Dan benar kata lo, kita semua gak ada berhak untuk terlalu ikut campur sejauh ini. Tapi satu hal yang harus lo tau, Luna tulus sayang sama Raga walaupun dia gak pernah ngomong sama kita tentang perasaan dia. Kalau lo mau bukti tanya Rio mantan Luna, seberapa tulusnya Luna," jelas Haikal, dan ucapannya membuat keduanya terdiam.

***

Disatu sisi Feli sedang berada di rumahnya Raga beberapa jam yang lalu. Seperti biasa bukan Raga yang mengajaknya, tapi Feli sendirilah yang memaksa untuk kerumah Raga, kalau tidak Feli akan melaporkannya pada oma Raga. Kini mereka berdua sedang duduk di sofa sambil menonton televisi, Raga sedikit risih pada Feli yang dari tadi menempel padanya.

"Bisa gak lo gak usah nempel gue mulu," ucap risih Raga.

"Iish kamu mah, kan aku mau senderan di bahu kamu," rengkek Feli.

Dear Luna (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang