Sebelum membaca jangan lupa untuk vote and komen ya, dan jangan lupa share cerita ini ke teman-teman kalian sebanyak-banyaknya 🙏
"Cinta itu luka. Kebahagiaan, kepedihan itu tidak ada satupun yang bisa menjelaskannya,"
~Putri Luna~
Happy Reading...
****
Jam sembilan pagi, mereka kini berkumpul di ruang tamu sambil menikmati sarapan pagi mereka. Argan dan Eza yang habis lebih dulu langsung berpamitan.
"Guys, kita berdua balik duluan ya, bentar gue balik lagi deh," ujar Eza sambil memasang jaketnya.
"Sip hati-hati lo berdua," ucap Bayu.
"Kamu juga mau pulang?" Tanya Raina pada Arga.
"Iya kan aku barang Eza," jawab Argan.
"Yaudah kamu hati-hati," Ucapnya.
"Awas lo ya berdua gak balik," sahut Haikal.
"In sya Allah," kata Eza. "Luna, Angga kita pamit dulu ya, assalamualaikum" pamit Eza.
"Walaikumsalam," jawab mereka.
"Sayang akoh hati-hati!" Teriak Raina.
"Alay lo!" Cibir Bara.
Raina tak membalasnya ia hanya mengeluarkan lidahnya ke arah Bara. Argan dan Eza kini berada di depan rumah Luna, ketika mereka ingin pulang tiba-tiba saja ponsel Argan berbunyi, langsung saja Argan mengangkat telponnya.
"Ok gue kesana sekarang," ucap Argan dan langsung memutuskan panggilannya.
"Kenapa?" tanya Eza.
"Raga nyuruh kita kerumahnya," jawabnya sambil memasang helmnya.
Argan melajukan motornya terlebih dahulu, setelah itu Eza menyusul, tak butuh waktu lama kini Argan dan Eza sudah berada di depan rumah Raga.
Eza dan Argan menatap sekeliling halaman rumah Raga, sepertinya keluarga Raga akan mengadakan suatu acara. Dari pada memikirkan itu Argan dan Eza langsung saja masuk kedalam rumah Raga.
Ceklekk! tiba-tiba saja Raga sudah berdiri di balik pintu.
"Dari mana lo berdua?"tanya Raga. "Kenapa semalam lo berdua gak ke warung Abah," ucap Raga tiba-tiba.
"Melayat," singkat Argan.
"Siapa meninggal?" Tanyanya.
"Nyokap Luna," ucap Argan.
"Kenapa gak kabarin gue,"
"Emang kalau kita ngasih tau lo, lo bakal datang?" Sahut Eza sambil menatap mata Sabahatnya itu. "Nggak kan," lanjutnya dan langsung masuk begitu saja.
Raga mengembuskan napasnya perlahan kemudian ia menutup pintunya, dan langsung pergi menyusul Argan dan Eza. Raga mendudukkan dirinya di depan Eza dan Argan, Raga menatap kedua sahabatnya secara bergantian, cukup lama Raga terdiam dan sampai pada akhirnya ia membuka suara.
"Pertunangan gue sama Feli mau di percepat," ujar Raga tiba-tiba.
"Pantas rumah lo rame," ucap Eza dengan posisi tubuhnya yang bersandar di dinding sofa.
"Gimana?" tanya Raga.
Eza membenarkan posisi duduknya sambil mengembuskan napasnya kasar.
"Uhhh," embusan napas Eza. "Lo nanya kita berdua?" Ucap Eza pada Raga. "Kalau gue bilang tolak aja, emang lo turutin?" Kata Eza yang tak habis pikir dengan ucapan Raga barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Luna (SELESAI)
Roman pour AdolescentsJANGAN LUPA DI FOLLOW!! (Yuk Bantu sampai 100k pembaca) Ini cerita tentang Luna yang hatinya berkali-kali dipatahkan, dan Raga dengan segala keegoisannya. "Kalau gue bilang, sekarang gue butuh lo gimana? Lo mau balik sama gue," tutur Luna pada Raga...