Jangan lupa untuk share cerita ini ke teman-teman kalian 🙏
Happy Reading...
***
Raga masih terbaring lemah di kasurnya sudah beberapa hari ini ia tak masuk sekolah. Sama dengan Luna sudah beberapa hari ini ia juga belum ditemukan padahal polisi pun turun tangan untuk mencari keberadaan Luna.
Lisa mengenggam tangan anaknya itu, demam Raga sudah tidak berlalu tinggi seperti kemarin, Raga selalu saja mengingau nama Luna terus sepanjang malam dan membuat Lisa tak tau harus berbuat apa. Lisa tak tau harus bagaimana sekarang ia juga mencoba menghubungi Luna tapi ponsel Luna tak kunjung aktif.
"Luna maafin gue," lirih Raga.
"Bang bangun yuk makan dulu," ucap Lisa.
"Bun... Raga mau Luna," lirih Raga. "Raga mau ketemu sama Luna Bun," gumam Raga lagi.
"Iya nanti Bunda ngajak Luna kesini sekarang kamu makan ya," bujuk Lisa.
Raga menggeleng pelan. "Raga mau ketemu Luna dulu Bun," Kata Raga.
Lisa Menghembuskan nafas perlahan ia sudah beberapa kali membujuk Raga untuk makan tapi Raga sekali tak mau makan sebelum bertemu dengan Luna. Lisa mengusap lembut kepala Raga dan langsung pergi keluar.
Didepan pintu kamar Raga Lisa berjalan sedikit menjauh, dan langsung menelpon seseorang.
"Hallo Za Bunda bisa minta tolong gak?" Ucapannya.
"Bisa, minta tolong apa bunda?" Tanya Eza.
"Raga belum makan dari kemarin, dia gak mau makan kalau gak ketemu sama Luna. Bunda juga hubungi Luna tapi gak aktif bunda gak tau harus ngapain lagi sekarang," jelasnya.
"Aaa...iya Bun, nanti Eza nyuruh Luna kok kesana bunda tenang aja," kata Eza.
"Janji ya sama bunda,"
"Iya Eza janji,"
"Makasih ya nak, bunda tutup assalamualaikum," serunya dan langsung memutuskan panggilannya.
Disekolah jam istirahat...
Jam istirahat Rani langsung menghampiri Raina didalam kelasnya. Dikoridor ia bertemu dengan Arga.
"Ar Raina dikelas kan?" Tanyanya pada Argan.
Argan hanya menganggukkan kepalanya saja setelah itu ia langsung pergi.
Rani berjalan menuju kelas Raina, sesampainya di kelas Raina, Rani hanya melihat Raina saja disana yang sedang duduk sendirian di kursinya.
Rani berjalan pelan menghampiri Raina. Raina yang menyadari kehadiran Rani langsung ingin beranjak dari duduknya, dengan cepat Rani menghalanginya.
"Raina plis, dengerin gue dulu," ucap Rani.
"Apalagi sih Ran," gerut Raina. "Berapa kali gue bilang gue gak mau ada urusan sama kalian lagi," sambungnya.
"Raina," tegur Rani. "Gue tau itu hak lo gak mau berteman lagi sama kita, tapi kali ini plis gue mohon sama lo dengerin gue kali ini aja," mohon Rani.
Raina terdiam menatap Rani. "Sepuluh menit," ucapnya.
Rani menghembuskan nafasnya pelan, tak habis dengan pikir dengan Raina.
"Gue tau lo berduka karena papi lo meninggal, tapi lo gak bisa nyalahin Luna atas semuanya. Papi lo meninggal bukan karena Luna dan Argan tapi emang waktunya papi lo meninggal," jelas Rani, dan Raina masih saja diam.
"Raina dengarin gue ya," ucap Rani sambil memegang pundak Raina. "Bella dan Karin sengaja buat lo berantem sama Luna, karna lo paling gampang banget terpancing," kata Rani lagi. "Bella sengaja lakuin semua itu supaya lo benci sama Luna karna Bella mau balas dendam sama Luna. Bella cuman gunain lo doang Raina, lo itu cuman jadi bahan pancingan Bella aja, lo ngerti gak sih maksud gue,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Luna (SELESAI)
Teen FictionJANGAN LUPA DI FOLLOW!! (Yuk Bantu sampai 100k pembaca) Ini cerita tentang Luna yang hatinya berkali-kali dipatahkan, dan Raga dengan segala keegoisannya. "Kalau gue bilang, sekarang gue butuh lo gimana? Lo mau balik sama gue," tutur Luna pada Raga...