47 - Teman Baru

545 40 16
                                    

Happy Reading...

Hari ini adalah hari minggu, Luna memutuskan untuk berada di rumah saja, Luna menggunakan pakaian santai sambil duduk di depan televisi menikmati kartun kesukaan nya.

Ketika Luna sedang asik menonton kartun kesukaannya tiba-tiba saja Linda memanggil nya.

"Na ada Dhita tuh di depan," ujar Linda pada Luna.

"Iya Mah," Luna langsung saja berdiri dari duduknya.

Luna langsung menemui Dhita.

"Dhita," panggil Luna yang berdiri di depan pintu.

Dhita langsung membalikkan badannya. "Hai Lun," ucap Dhita dan tersenyum tipis.

"Masuk Dhita," ajak Luna.

Dhita langsung saja masuk bersama Luna. Sesampainya di ruang tamu, Luna langsung saja menyuruh Dhita untuk duduk.

"Lo mau minum apa?" tanya Luna.

"Yang ada aja Lun,"

"Tunggu bentar ya,"

Tak sampai  lima menit Luna kembali dengan membawa minuman kotak dan makanan ringan.

Luna meletakkan makanan dan minuman di atas meja, setelah itu ia duduk di sebelahnya Dhita.

"Maaf ya Lun, gue gak sempat lihat lo di rumah sakit," ujar Dhita.

"Iya gak papa," jawab Luna. "Tapi lo tau dari mana gue masuk rumah sakit," kata Luna.

"Waktu itu gue sempat mau ke SMA Garuda, terus gue nanya ke salah satu murid disana, katanya lo gak masuk sekolah," jelas Dhita.

Luna hanya menganggukkan kepalanya saja. "Ohh gitu,"

Luna dan Dhita saling terdiam selama beberapa detik, dan sampai akhirnya Luna membuka suara terlebih dahulu.

"Gimana di sekolah lo, Anya masih gangguin lo," ucap pelan Luna.

Dhita menggelengkan kepalanya. "Gak pernah. Malahan Anya sering banget bantuin gue, gue juga gak tau kenapa akhir-akhir ini Anya sering bantuin gue," jelas Dhita.

"Bagus deh kalau Anya udah sadar," lirih Luna.

"Malahan Anya sering tanya tentang lo ke gue,"

"Nanya gue," ulang Luna.

Dhita menganggukkan kepalanya. "Iya, yaa malaupun Anya cuman nanya kalau gue sama lo masih kontekan apa gak,"

Entah mengapa Luna langsung tersenyum tipis mendengarkan bahwa Anya mencari nya, walupun Anya menanyakan seperti itu tapi membuat hati Luna senang.

"Tapi lo gak pernah benci kan Lun, sama Anya karena sudah bikin lo trauma," gumam pelan Dhita.

"Nggak. Walupun kejadian dua tahun yang lalu selalu ada di pikiran gue," lirih Luna.

"Anya tau kalau tindakan nya buat lo trauma sama kejadian itu,"

Luna menggelengkan kepalanya. "Nggak,"

"Kalau Mamah lo?" Dan Luna kembali menggelengkan kepalanya. "Rani?" Luna menggelengkan lagi. "Teman-teman lo yang lain juga?" kata Dhita.

"Semuanya. Cuman lo yang tau," Gumam pelan Luna. "Dan gue gak mau orang tau tentang trauma yang gue alami sekarang. Kecuali lo," kata Luna. Luna menggenggam tangan Dhita. "Jadi gue mohon sama lo, jangan kasih tau siapa-siapa ya. Gue gak mau mereka semua peduli sama gue karena kasihan, biar waktu yang menjelaskan semuanya," jelas Luna dengan menatap mata Dhita seperti memohon pada Dhita. "Gue percaya sama lo," lanjutnya.

Dear Luna (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang